lirik lagu

Minggu, 14 Juni 2015

iPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

MAKALAH
MENJELASKAN IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM



Disusun & diajukan guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Konsep Dasar PAI
Dosen Pengampu : Lili Hidayati, M.Pd.i



Oleh :
                                                                      1.         Fian Dwi Lesmono           (40213148)
                                                                      2.         Mentari Nur Hanifah        (402131






PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BUMIAYU
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

B.       Tujuan
           1.       Untuk mengetahui pengertian iptek dan seni ?
           2.       Untuk mengetahui kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dalam islam ?
           3.       Untuk mengetahui tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungan ?
           4.       Untuk mengetahui kedudukan akal, wahyu, dan ilmu pengetahuan dalam islam ?

C.      Rumusan Masalah
           1.       Menjelaskan pengertian iptek dan seni.
           2.       Menjelaskan kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dalam islam.
           3.       Menjelaskan tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungan.
           4.       Menjelaskan kedudukan akal, wahyu, dan ilmu pengetahuan dalam islam.














BAB II
PEMBAHASAAN

A.      Pengertian IPTEK dan Seni
Iptek Menurut Islam
Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan  adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan  pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran  yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah, maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang di pelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
Pengertian Seni
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada perbedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian ini ternyate tidak hanya terdapat di India dan Indonesia. Juga terdapat di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaituketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang ada didalam kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (italia), I’art (Perancis),Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiaannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari kata lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga menyebut dengan istilah die Art yang berarti cara, jalan, atu modus, yang juga dapat dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut.

B.       Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Islam
Kewajiban Mencari Ilmu
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. 
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil).
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya).
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah).
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain
Ø  Interaksi iman, ilmu dan amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar  mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
Keutamaan orang yang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43),“al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:   "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang  berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada  Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi  Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat  istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para  malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)      Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

C.      Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungan.
Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam. Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga menhancurkan hingga tak bersisa. Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari tragedi masa depan tersebut. Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.  Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an: “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11).
Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’. Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42).
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan menjadi hancur, tercemar, atau rusak. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.




D.      Pandangan islam terhadap iptek
Agama islam banyak memberikan penasehatan mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar, seperti yang terebut dalam surat al-Mujadalah  ayat 11yang artinya: “Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Maksudnya : sama-sama dari kelompok orang yang beriman, maka Allah masih akan meningkatkan derajat bagi mereka, ialah mereka berilmu pengetahuan. Dan tersebut juga dalam surat al-Alaq (96), ayat 1 s/d 5 yang artinya : “ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajarkan kepadamuapa-apa yang tidak diketahui.
Jelas bahwa pada prinsipnya kita diperintahkan oleh Allah SWT. Untuk membaca. Dalam surat ini bukan saja membaca secara harfiah yang tergores di atas dengan sebagainya. Maka membaca membaca di atas adalah membaca kalam alloh yang tergores dalam alam semesta, baik berupa fakta-fakta yang kasat mata, maupun yang tersebut dalam kejadian-kejadian, proses, sebab akibat, sejarah dan sebagainya. Makna peerintah membaca itu dalam arti luas tanpa marginal, terkecuali memang yang tidak di perintahkan pleh-Nya, seperti mengenai Zat Allah dan sebagainya. Dapat dibayangkan betapa piciknya manusia yang tidak dapat membaca kalam Allah yang maha Luas ini. Karena itu islam itu sebalinya, selalu menghendaki agar umatnya pandai dan tidak picik.
Orang berilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan memliki kemampuan untuk mendapatkan dan menjelaskannya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dipelukan antara lain adanya sarana tertentu, yakni yang di sebut dengan “berfikir”. Jelasnya berfikir padasanya merupakan suatu proses untuk untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.  Oleh karna itu, apabila di dalam al-Quran sering-sering di sebut “berfikir” atau “berfikirlah” dan sebagainya. Dalam arti langsung maupun dalam arti “sindiran” dapat kita artikan juga sebagai perintah untuk mencari atau menuasai ilmu pengetahuan. Dalam al-Quran dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang hubungan antara ajaran islam dan ilmu pengetahuan serta pemanfataan yang kita sebut iptek. Hubungan tersebut dapat berbentuk semacam perintah yang mewajibkan, menyuruh mempelajari, pernataan-pernyataan, bahkan ada yang berbentuk sindiran-sindiran dan sebagainya. Kesemua ituiu tidak lain adalah menggabarkan betapa eratnya hubungan antara islam dan iptek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. Tegasnya, hubungan antara Islam dan Iptek adalah sangat inhaerent, era dan menyatu. Demikian juga tiap tindakan keilmuan atau Iptek, mempunyai tuuan dan niatan (niat). Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa posisi niat sangat menentukan. Apakah suatu tindakan kegiatan itu dibenarkan atau tidak, dibolehkan atau  tidak, hanyalah dapat di tentukan atau di tinjau dengan menggunakan parameter tunggal, ialah niatnnya.

E.       Al-Quran dan IPTEK
Al-Quran mencangkup ilmu umat terdahulu dan umat yang akan datang. Hal ini sebagaimana telah di difimarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya : “dan kami turunkan kepadamu al-kitab (al-quran) untuk menjelakan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl: 89).
Al-Quran penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan, oleh sebab itu,orang yang ingin meneliti tentang sastra, sejarah, teknologi, kisah, etika dan sebagainya, niscaya akan mendapatkan di dalamnya. Akan tetapi bukan menjadi tujuan utama di turunkannya al-Quran. Perintah utamanya adalah mentaburi serta memikirkanya makna-makannya, karena al-Quran adalah kitab kitab tujuan. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman : “( beberapa hari yang di tentukan i8tu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda antara hak dan yang batil)”.
                1.       Logam Besi Sebegai Perangkat Teknologi
Sesunggunya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama merek kitab dan nerace (keadilan agar manusia dapat berlaku adil. Dan kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaatnya bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-nya dan Rasul-rasul-Nya waluupun (Allah) tidak dilihanta. Sesungguhnya Allah Maha Kuat Maha Perkasa (QS. Al-Hadid: 25).
Ayat di atas secara tegas mengaitkan antara turunya al-Quran dan turunya besi. Itu menunukan bahwa antara Al-Quran dan teknologi memiliki hubungan yang erat. Al-Quran sebagai wahyu memberikan arahan-arahan konseptual, sementara teknologi adalah aplikasi dari kosep tersebut, sehingga membawa manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan alam seisinya.
                2.       Teknologi Angin
Ø  Teknologi angin mampu menghasilkan energi pendorong yang amat dahsyat  “jika dia menghendaki, dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti dipermukaan laut. Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur” (QS As-Syuura: 33).
Ø  Angin sebagai teknologi penerapan.
Dan telah kami tundukan untuk sulaiman angin yang sangat kencang tiupanya, yang berhebus dengan perintanya kenegri yang kami telah memberikanya. Dan adalah kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Yunus 22).


Ø  Teknologi Angin mampu mengawinkan hujan.
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatnya (hujan). Sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. Kami halau ke suatu daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam-macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati. Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. ( QS. Al-Araaf: 57).
Ø  Teknologi angin membentuk salju
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarah awan, kemudian mengumpulkan antara bagian-bagian-Nya kemudian menjadikan bertindih-tindih maka keliatkanlah olehmu hujan keluar dari cela-celanya. Dan Allah juga menuutkan (butiran-butiran) es dar langit, (yaitu) dan (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpahkan (butiran-butiran) e3s itu kepada siapa yang di kehendakinya. Dan palingkanya dari sipa yang di kehendakinya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS. An-Nur: 443).

F.       Islam dan IPTEK
Umat islam pernah mengalami masa kejayaan. Hodgson menyatakan bahwa masa kemajuan islam di dorong oleh ayat yang berbunyi :” kamu adalah umat yang terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan segala keburukan” (QS. Ali-imran 110). Melalui kemajuan ilmu pengetahuan ini umat islam pernah mengalami kejayaan beberapa abad pada masalalu. Ajaran islam pertama kali turun adalah ajaran baca iqro.
Menurut Quraish Shihab ada sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya. Yang termasuk katagori teknologi. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan mmanusia. Dalam sejarah islam ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam waktu sekitar 5 Abad lebih, bersamaan dengan itu orang barat berada di alam kegelapan atau kebodohan. Ilmu pengetahuan dalam islam berkembang dengan pesat pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbassiyah. Berkembangnya ilmu pengetahuan ini di dahului penerjemah buku-buku yunani kedalam bahasa arab yang berpusat di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Ilmu-ilmu yang mencangkup dealam perkembangan ini adalah ilmu kedokteran, matematika, fisika, mekanika, botanika, optika astronnomi di samping di samping filsafat dan logika.

G.      Kedudukan Akal, Wahyu, dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Kedudukan antara wahyu dalam  islam sama-sama penting. Karena islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalu cocok dengan syariat islam dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpamengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah anugrah dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya pemikiran seseorang yang beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat Abu Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Karena Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam sering dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumber pengetahuan manusia tentang Tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk. Maka para aliran islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antra lain:
1.         Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
2.         Sementara itu Aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
3.         Sebaliknya Aliran Asy’ariyah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu.
4.         Sementara itu Aliran Maturidiah Bukhara yang  juga digolongkan  ke dalam pemikiran kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui dengan wahyu.
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan Mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat As -  Sajdah, surat Al – Ghosiyah  ayat 17 dan surat Al - A’rof   ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia sendiri. dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an surat Hud ayat 24.Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat Al – Isro , ayat 134 Surat Taha, ayat 164 Surat An – Nisa  dan ayat 18 surat Al – Mulk.
Dalam menangani hal tersebut banyak beberapa tokoh dengan pendapatnya memaparkan hal-hal yang berhubungan antara wahyu dan akal. Seperti  Harun Nasution menggugat masalah dalam berfikir yang dinilainya sebagai kemunduran umat islam dalam sejarah. Menurut beliau yang diperlukan adalah suatu upaya untuk merasionalisasi pemahaman umat islam yang dinilai dogmatis tersebut, yang menyebabkan kemunduran umat islam karena kurang mengoptimalkan  potensi akal yang dimiliki. bagi Harun Nasution agama dan wahyu pada hakikatnya hanya dasar saja dan tugas akal yang akan menjelaskan dan memahami agama tersebut.
Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
1.         Kewajiban Menuntut Ilmu
Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut adalah dengan dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya dengan derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan akal sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam Ghazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili, penyebutan kata  yang terkait dengan “al-‘aqlu” dalam Al-Qur’an sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan ‘Uulin-nuhaa’ sebanyak dua kali.
Allah SWT berfirman dalam S. Al-Jastiyah ayat 3-5:
ان في السموات والارض لايات للمؤمنين(3) وفي خلقكم ومايبث من دابة ايات لقوم يوقنون(4) واختلاف اليل والنهار وماانزل الله من السماء من رزق فاحيابه الارض بعد موتها وتصريف الرياح ايات لقوم يعقلون (5)
Artinya: Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lil’alamin. Manusia harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun  di akhirat.
Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual, psikologis dan unsur-unsur penting penghidupan lainnya. Islam mengajarkan manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan kehidupan yang cepat ini.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekananya terhadap Ilmu (sains). Al-Qur’an dan al-Sunah  mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Allah SWT telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman:
واذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (al-Mujadalah 11).

Menurut al-Maraghi, tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah meninggikan orang-orang yang mukmin dengan mengikuti perintah-Nya dan perintah Rosul, khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka beberapa derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat keridlaan. Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah SWT sangat memuliakan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ayat tersebut juga memberikan gambaran kepada manusia mengenai kedudukan ilmu pengetahuan, sebagai bekal baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ada sebuah ungkapan terkenal mengenai bagaimana orang harus menuntut Ilmu;“Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri Cina”. (HR. Ibnu ‘Adiy dan Al-Baihaqi).
Maksud dari ungkapan tersebut adalah; bahwa ilmu harus dicari dan dikejar walaupun berada di negeri yang sangat jauh sekalipun. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa penting dan utamanya kegiatan Talab al-‘ilm, hingga harus dilakukan walau dengan perjalanan ke negeri yang sangat jauh sekalipun. Kata “negeri Cina” di atas hanya sebagai perumpamaan negeri yang sangat jauh, karena negeri Cina adalah negeri yang sangat jauh bagi umat Islam yang berada di Timur Tengah pada waktu itu. Jadi seandainya sekarang negeri yang perekembangan ilmu pengetahuannya paling maju, berada di belahan bumi bagian barat maka kesana pula kita harus mengejar ilmu itu.
Rasulullah menegaskan dengan sabda beliau:
طلب العلم فريضة على كل مسلم (رواه ابن ماجه)
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam”. )HR. Ibnu Majjah).

Jelaslah dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada Allah juga harus dengan ilmu. 










BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan  adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan. Sedangkan, seni sendiri dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang disebut seniman.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil). Sedangkan, orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43),“al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Kedudukan antara wahyu dalam  islam sama-sama penting. Karena islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
















DAFTAR PUSTAKA

Alim, Akhmad. 2014. Sains dan Teknologi Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Djunaedi, Wawan. 2006. Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Kelas XII. Jakarta: PT. Listafariska Putra.

Fakultas Teknik UMJ Jakarta. 1998. Al-Islam dan Iptek. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: PUSTAKA.
Indra, Hasbi. 2005. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Jakarta: Ridamulia.
Ramdhan, Muhammad. 2014. Kedudukan Ilmu Dalam Islam. Diakses melalui https://mrdhan.wordpress.com/2014/05/28/kedudukan-ilmu-dalam-islam/ pada tanggal 28 Mei 2014.

Arka, Ari. 2013. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Diakses melalui http://laliumah.blogspot.com/2013/02/kedudukan-ilmu-pengetahuan-dalam-islam.html . pada tanggal 04 Februari 2013.

Islama, Fata. 2010. Kewajiban Menuntut Ilmu dan Keutamaannya. Diakses melalui https://sevensweet.wordpress.com/2010/04/29/kewajiban-menuntut-ilmu-dan-keutamaannya/ pada tanggal 29 April 2010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar