KONSEP DASAR IPS 1
Dosen pengampu:
Umi
Nadjikah Fikriyati M,A

Disusun
oleh:
Mentari Nur Hanifah (40213161)
PGSD4/2
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
STKIP
ISLAM BUMIAYU
2014/2015
Oleh : Mentari Nur Hanifah
Abstrak
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa
selain menyimak, berbicara, menulis, sastra dan kebahasaan adalah membaca.
Kompetensi tersebut dapat dimiliki oleh siswa melalui pembelajaran yang dilaksanakan
di Sekolah Dasar .Agar terjadi
peningkatan pencapaian kompetensi dasar tersebut , guru perlu mengembangkan
pembelajaran dengan model - model pembelajaran yang lebih inovatif. Oleh karena
itu guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan
model pembelajaran. Membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, berbicara dan
menulis. Dalam membaca seseorang dituntut untuk berinteraksi melalui teks (
tulisan ). Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pesan yang ditulis dalam
sistem tand baca (graphophonic knowledge ). Apabila seseorang tidak memiliki
keterampilan membaca yang memadai, hampir dipastikan ia tidak mampu
berkomunikasi melalui teks. Apabila dihubungkan dengan tuntutan kehidupan saat
ini, tentu orang tersebut akan mendapatkan hambatan dalam memperoleh pesan (
infornasi ) yang disampaikan melalui teks /tulisan.
Key word : pengembangan,keterampilan, ruang lingkup membaca di SD
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan
sehari-hari kegiatan membaca sering kali kita lakukan dalam waktu luang atau
sedang santai, ketika bekerja, ketika belajar, ketika belanja, di jalan-jalan
ketika melihat spanduk-spanduk atau bacaan lainnya yang memberikan informasi
kepada kita dan lain sebagainya. Namun pernahkah kita menyadari sudah
seberapa mahir dan terampil diri kita dalam menguasai atau memahami
bacaan yang sedang dan sudah kita baca. Maka dari itu kita perlu mengembangkan
keterampilan membaca, meskipun sejak kita duduk di bangku sekolah dasar telah
belajar membaca akan tetapi kita kembali pada hakekat dan tujuan IPS. Salah
satu tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan warga negara Indonesia agar dapat
berpartisipasi dalam hidup di masyarakat, baik dalam masyarakat lokal,
nasional, maupun masyarakat dunia. Agar dapat berpartisapasi dalam masyarakat
tersebut, seorang warga perlu memiliki kemampuan berupa pengetahuan ( knowledge
), sejumlah keterampilan ( skills ), sikap dan nilai ( attitudes and values )
serta kemampuan berperilaku ( action ) sebagai warga negara. Di sinilah, seseorang
memerlukan keterampilan membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat.
Membaca
adalah salah satu keterampilan dalam belajar untuk memperoleh sejumlah
pengalaman dan atau pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Salah satu
bagian penting dari aktivitas belajar adalah mengembangkan suatu kesadaran
bagaimana belajar itu terjadi. Dengan kata lain, kita harus membiasakan diri
menilai seberapa banyak kita tahu tentang pokok bahasan yang telah kita ketahui
atau pelajari dan bagaimana kita belajar ketika kita membaca. Kita harus
menganalisis diri sendiri tentang pengetahuan apa yang kita pelajari, analisis
ini disebut metakognisi atau kesadaran metakognitif (metacognitive awareness)
.
Pengembangan
Keterampilan Membaca dalam IPS
Pengembangan
yang perlu dipelajari dalam membaca, antara lain:
Pengembangan Keterampilan Pemahaman
Memahami suatu istilah dan atau
konsep maka di perlukan keterampilan memahami terhadap bacaan-bacaan yang ada.
James Banks (1990) menyebut kemampuan yang dimaksud dengan istilah kesadaran
metakognitif yaitu sering diartikan “mengetahui tentang mengetahui”
(knowing about knowing) atau “mengetahui bagaimana untuk mengetahui” (know how
to know). Metakognitif merupakan kesadaran tentang apa yang harus
dilakukan untuk belajar. Dengan kesadaran ini maka memungkinkan para pembaca
berusaha menentukan apakah mereka telah memahami dan kapan. Kemampuan yang
diperlukan agar kemampuan metakognitif ini muncul adalah kemampuan melakukan
kontrol (monitoring) pemahaman terhadap isi bacaan.Banks (1990) mengemukakan
empat langkah untuk memonitoring adalah sebagai berikut:
Kita harus mengetahui kapan kita
melakukan dan tidak melakukan sesuatu.
Kita harus mengetahui apa yang kita
ketahui.
3) Kita harus mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengetahui.
4) Kita harus mengetahui kegunaan teknik-teknik yang membantu kita dalam belajar.
Empat langkah dalam memonitoring pemahaman membaca ini sangatlah penting karena kesadaran metakognitif perlu adanya monitoring oleh diri sendiri (self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation). Kemampuan membaca dalam IPS perlu keterampilan khusus karena bahan bacaannya yang beragam. Jarolimek & Parker (1993) mengemukakan sejumlah keterampilan membaca dalam IPS, sebagai berikut:
Diharapkan siswa IPS adalah pembaca yang mampu:
3) Kita harus mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengetahui.
4) Kita harus mengetahui kegunaan teknik-teknik yang membantu kita dalam belajar.
Empat langkah dalam memonitoring pemahaman membaca ini sangatlah penting karena kesadaran metakognitif perlu adanya monitoring oleh diri sendiri (self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation). Kemampuan membaca dalam IPS perlu keterampilan khusus karena bahan bacaannya yang beragam. Jarolimek & Parker (1993) mengemukakan sejumlah keterampilan membaca dalam IPS, sebagai berikut:
Diharapkan siswa IPS adalah pembaca yang mampu:
1) Membaca secara fleksibel.
2) Menggunakan judul bab dan subbab sebagai
alat bantu membaca.
3) Menggunakan kunci kontekstual untk
mendapatkan makna.
4) Menyesuaikan kecepatan membaca dengan
tujuan.
5) Menduga hubungan sebab-akibat.
6) Menggunakan bahan referensi, bila perlu, untuk
memahami istilah kosa kata penting.
7) Mencari data.
8) Menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks,
daftar isi, pengantar, dan sebagainya) sebagai alat bantu membaca.
9) Menunjukkan pilihan.
10) Menempatkan
fakta dan menduga ide-ide utama.
11) Membandingkan penjelasan satu dengan
yang lainnya.
12) Mengenal kalimat-kalimat topik.
13) Menggunakan keterampilan untuk
menemukan bahan kepustakaan.
Membaca adalah proses berpikir, dan
intinya adalah proses memaknai, yakni merekontruksi makna. Proses pemaknaan ini
dilakukan oleh pembaca disesuaikan dengan situasi dan teks yang dibaca. Dengan
demikian, membaca merupakan suatu interaksi antara pembaca, teks, dan konteks.
Membaca sering juga dikatakan sebagai proses kognitif yang kompleks. Namun,
bukan berarti bahwa pekerjaan membaca tidak dapat disederhanakan. Jarolimek dan
Parker menyarankan beberapa keterampilan membaca isi buku teks, sebagai
berikut:
1) Memanfaatkan beberapa bagian buku-buku.
Bagian-bagian
buku hendaknya dibelajarkan sebagai alat bantu dalam memperoleh informasi.
Seperti indeks, daftar isi, pengantar, dan sebagainya.
2) Mengenali
kalimat-kalimat topik.
Kalimat
topik adalah sesuatu yang penting dalam setiap paragraf karena kalimat ini
memberi informasi tentang apakah paragraf tersebut. Adapun yang harus
dipelajari siswa:
ü
Bahwa
kalimat topik memberikan informasi tentang apakah paragraf tersebut,
ü
Bahwa
kalimat lain dalam paragraf hanya menguraikan, menjelaskan atau mendukung kalimat
topik,
ü
Bahwa
kalimat topik biasanya, walaupun tidak selalu, adalah kalimat pertama dalam
suatu paragraf.
3)
Memanfaatkan teknik pengorganisasian buku.
Kita bisa
menggunakan bagian-bagian dalam buku, seperti bab, subbab, peta, chart, gambar,
tabel, dan pendahuluan yang akan membantu pembaca dalam memahami isi bacaan.
4)
Memanfaatkan gambar untuk membantu pemahaman.
Penggunaan
alat bantu visual yang paling luas dalam buku adalah gambar, foto, dan
ilustrasi. Ini digunakan untuk memperoleh realisme, untuk mengungkapkan
pemikiran, untuk mengingat objek yang sebenarnya, singkatnya untuk memberikan
pemaknaan dalam belajar. Upaya ini dilakukan karena kata-kata saja tidak cukup
dapat menyampaikan pesan atau arti secara akurat, tepat, dan cepat seperti
gambar. Pesan yang dibawakan serta materi yang dibahas terdapat sinkronisasi
dan sinergisme. Jarolimek (1993) mengemukakan tujuan mendasar dari pembelajaran
dengan memanfaatkan alat bantu gambar, misalnya, adalah agar pesan yang
disampaikan betul-betul akurat. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah
bahwa gambar, foto atau ilustrasi hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan atau jenjang usia siswa. Dengan kata lain, alat bantu tersebut
hendaknya menjadi media yang dapat mempermudah penyampaian pesan.
- Pengembangan
Keterampilan Vokabuler Sosial
Vokabuler atau
Vokabularium sosial yang dimaksud di sini adalah semua kata, perbendaharaan
kata atau kosa kata yang biasa digunakan dalam IPS. Rendahnya
penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab utama rendahnyapemahaman
dan banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Apalagapabila para penulis
menyuguhkan kata-kata yang dirasakan sulit (asing) bagi para pembaca.
Berikut ini adalah jenis kata atau istilah vokabuler
sosial yang sering muncul dalam IPS sehingga perlu dikenal.
A. Istilah teknis, ialah istilah, kata-kata atau
ungkapan asing bagi IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misal: kapitalisme,
monopoli, temperatur dsb.
B.
Istilah figuatif (kiasan), ialah ialah ungkapan yang bersifat metaforis; memiliki
konotasi berbeda dari arti harfiah yang digunakan. Misal: perang dingin,
pemimpin tangan besi, politik adu domba dsb.
C.
Kata-kata yang berarti ganda ialah kata-kata yang memiliki ejaan sama,
tetapi memiliki makna berbeda sesuai konteks. Misal: kamar, kursi, meja
hijau dsb.
D. Istilah-istilah khas untuk suatu wilayah
tertentu, ialah ungkapan-ungkapan khusus di suatu wilayah tertentuyang tidak
bisa digunakan di tempat lain. Misal: desa, udik, marga dsb.
E.
Kata-kata sama atau hampir sama pengucapannya, ialah kata-kata yang sama atau
hampir sama baik ucapan maupun penulisannya namun maknanya berbeda. Misal: malang
dengan Kota Malang, KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme) dsb.
F.
Akronim, ialah, kata-kata singkatan. Misal: OPEC, ASEAN, DEPDIKNAS dsb.
G.
Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang menunjukan
jumlah waktu, ruang, atau objek. Misal: tak lama kemudian, abad, windu,
beberapa tahun kemudian dsb.
Menurut Jarolimek & Parker
(1993) strategi tepat untuk mengembangkan vokabuler adalah dengan cara
menuliskan kata-kata atau istilah kunci pada suatu kalimat dan
mendiskusikannya.
Salah satu keterampilan yang sangat berguna dalam
membaca buku IPS adalah penggunaan “clue” (petunjuk) dalam konteks.
Memperoleh pengertian melalui konteks sangatlah penting dan banyak manfaatnya
karena dengan memaknai konteks maka para siswa atau pembaca akan berlatih
secara nalar. Proses mengkombinasikan kata atau istilah baru yang telah
diketahui artinya dengan cara menyusun sehingga membentuk kata baru dan
memaknainya merupakan teknik yang membantu memperkaya vokabuler. Memperoleh
pengertian melalui konteks sangatlah penting dan banyak manfaatnya karena
memaknai konteks maka para siswa pun akan berlatih membaca secara nalar. Teknik
ini sangat berbeda dengan mengartikan kata demi kata secara lepas, tidak dalam
konteks. Glosarium tidak memberikan arti kata dan istilah yang sesuai dengan
konteks sehingga terjadinya keterbatasan dalam memperkenalkan arti kata dan
istilah baru.
Untuk meningkatkan keterampilan dan
kemahiran dalam memahami vokabuler sosial hendaknya kita belajar menggunakan
berbagai sumber acuan atau referensi. Kegunaan acuan atau rujukan bukan
tergantung pada ketersediaannya, tetapi juga pada kemampuan kita memanfaatkannya
karena ada beberapa jenis referensi yang memiliki kegunaan yang bersifat
multifungsi yang bisa dimanfaatkan secara efisien.
Referensi atau bahan rujukan yang biasa digunakan dalam belajar IPS dapat
dikelompokkan atas beberapa jenis: Buku, meliputi:
ü
Buku teks
ü
Buku bacaan
tambahan
ü
Buku
bergambar
ü
Biografi
ü
Fiksi
sejarah
-Referensi khusus, mencakup:
ü
Ensiklopedia
ü
Peta dan
Globe
ü
Atlas
ü
Kamus
ü
Almanak
dunia
ü
Chart dan
grafik
ü
Buku tahunan
ü
Lembaran
negara
-Bahan-bahan serbaneka, antara lain:
ü
Buku atau
koran iklan
ü
Majalah
ü
Resep
makanan
ü
Buku telepon
dan petunjuk
ü
Buku panduan
pariwisata.
Ada sejumlah aspek yang dituntut
dari sejumlah pembaca. Aspek-aspek itu adalah ;
1. Aspek sensori, yakni
kemampuan membaca untuk memahami simbol-simbol teks
2. Aspek perseptual, yakni kemampuan membaca untuk menginterpretasikan simbol - simbol teks (apa yang di lihat dan yang tersirat),
3. Aspek skemata, yakni kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang ada,
4. Aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inverensi dan evaluasi dari teks.
5. Aspek Afektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dengan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek tersebut harus berhubungan yang seimbang (harmonis) pada saat proses membaca, sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang dibacanya Tahap-tahap kegiatan pembaca saat berinteraksi dengan penulis melalui teks.
2. Aspek perseptual, yakni kemampuan membaca untuk menginterpretasikan simbol - simbol teks (apa yang di lihat dan yang tersirat),
3. Aspek skemata, yakni kemampuan pembaca untuk menghubungkan pesan tertulis dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang ada,
4. Aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat inverensi dan evaluasi dari teks.
5. Aspek Afektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dengan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek tersebut harus berhubungan yang seimbang (harmonis) pada saat proses membaca, sehingga itu membentuk interaksi dengan penulis melalui teks yang dibacanya Tahap-tahap kegiatan pembaca saat berinteraksi dengan penulis melalui teks.
Tahap - tahap itu adalah ;
1. Kegiatan pembaca sebelum membaca (tahap sebelum membaca) Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah ;
a. Pembaca menggunakan pengetahuan (skemata) topik, bahasa yang digunakan dalam teks sistem tanda baca serta pola retorik atau struktur teks.
b. Pembaca sudah memiliki "beka"l untuk membaca, pengalaman membaca sebelumnya, penyajian teks, tujuan membaca dan sasaran atau fokus untuk membaca.
2. Kegiatan membaca dalam proses membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah : Pembaca melakukan kegiatan ;
a. Pembaca melakukan kegiatan skiming dan skeening
b. Pembaca melakukan kegiatan pencarian pengertian
c. Pembaca melakukan kegiatan Peramalan inplikatur
d. Pembaca melakukan kegiatan Pemaknaan kembali
e. Pembaca melakukan kegiatan; Pengujian Hipotesis
f. Pembaca melakukan kegiatan Menyusun kembali (melanjutkan hasil bacaan).
3. Kegiatan pembaca setelah membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah:
a. Pembaca merespon dalam berbagai cara (membicarakan, menulis atau mengerjakan).
b. Pembaca merefleksi berdasarkan apa yang di baca
c. Merasa sukses dan ingin membaca lagi
d. Mengkreasikan apa yang dibaca.
Kegiatan pembaca pada masing-masing tahap itu dapat terlaksana apabila pembaca sudah memiliki keterampilanmengubah lambang-lambang tertulis atau teks menjadi lambang bermakna.
1. Kegiatan pembaca sebelum membaca (tahap sebelum membaca) Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah ;
a. Pembaca menggunakan pengetahuan (skemata) topik, bahasa yang digunakan dalam teks sistem tanda baca serta pola retorik atau struktur teks.
b. Pembaca sudah memiliki "beka"l untuk membaca, pengalaman membaca sebelumnya, penyajian teks, tujuan membaca dan sasaran atau fokus untuk membaca.
2. Kegiatan membaca dalam proses membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah : Pembaca melakukan kegiatan ;
a. Pembaca melakukan kegiatan skiming dan skeening
b. Pembaca melakukan kegiatan pencarian pengertian
c. Pembaca melakukan kegiatan Peramalan inplikatur
d. Pembaca melakukan kegiatan Pemaknaan kembali
e. Pembaca melakukan kegiatan; Pengujian Hipotesis
f. Pembaca melakukan kegiatan Menyusun kembali (melanjutkan hasil bacaan).
3. Kegiatan pembaca setelah membaca Kegiatan pembaca pada tahap ini adalah:
a. Pembaca merespon dalam berbagai cara (membicarakan, menulis atau mengerjakan).
b. Pembaca merefleksi berdasarkan apa yang di baca
c. Merasa sukses dan ingin membaca lagi
d. Mengkreasikan apa yang dibaca.
Kegiatan pembaca pada masing-masing tahap itu dapat terlaksana apabila pembaca sudah memiliki keterampilanmengubah lambang-lambang tertulis atau teks menjadi lambang bermakna.
Apabila
pembaca sudah memiliki keterampilan tersebut dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang terdapat dalam masing-masing tahap membaca berarti pembaca dipandang
memiliki kemampuan komunikasi bahasa tulis. Seseorang memiliki kemampuan
komunikatif apabila orang tersebut sudah mampu menggunakan kebahasaan, struktur
kemampuan, strategi produktif, mekanisme psikofisik dan konteks menurut
(Bachman, 1990).
- RUANG
LINGKUP PENGEMBANGAN MEMACA DI SD
Pembelajaran di SD adalah suatu kegiatan guru dan
siswa dalam mencapai pembelajaran membaca. Ruang lingkup pembelajaran membaca
adalah upaya peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran membaca. Pembelajaran
membaca di SD tidak dilaksanakan secara khusus, melaikan pembelajaran itu
dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra. Pembelajaran itu
dilaksanakan kepada siswa dari mulai kelas I sampai kelas VI oleh guru yang
mengajar dikelas itu. Terdapat perbedaan orientasi dan fokus pembelajaran
antara pembelajaran membaca di kelas I dan II dengan kelas III, IV, V dan VI.
Di kelas I dan II, pembelajaran membaca dan menulis dipadukan menjadi satu
kegiatan pembelajaran atau lazim diistilahkan dengan MMP (Membaca, Menulis.
Pemulaan). Di kelas III, IV, V dan VI MMP tidak dilakasakan karena pembelajaran
pemnbacaan membaca dan menulis sudah di ajarkan. Apabila pembelajaran membaca
di SD dilaksakan seperti itu, tentu tujuan yang harus dicapai oleh siswapun
berbeda-beda untuk setiap kelasnya. Guru sebagai perencana dan pelaksana
pembelajaran membaca dikelas tersebut harus mengetahui perbedaan tujuan tersebut.
Artinya, guru perlu mempertimbangkan perbedaan siswanya sehingga tujuan dapat
dicapai oleh siswa. Apabila siswa mencapai tujuan tidak sesuai dengan rumusan
yang diharapkan, berarti pembelajaran itu dipandang kurang berhasil. Dalam hal
ini, guru harus mengembangkan pembelajaran membaca yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa.
- TEKNIK
DAN STRATEGI PENGEMBANGAN MEMBACA DI SD
Pengembangan pembelajaran membaca di SD dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
1. Perkembangan Struktur Kognitif Berorientasi pada pandangan Piaget, Perkembangan struktur kognitif anak meliputi tahap-tahap :
a) . Sensori Motor Tahap sensori motor, yakni usia 0-2 tahun, anak mulai merasakan dan memahami dunia dan lingkungannya dengan berdasarkan hubungan-hubungan langsung.
b). Praoperasional Pada tahap praoperasional, usia 3-7 tahun, anak dapat memikirkan obyek-obyek tertentu, kemungkinan manipulasinya, memilah dan menyusun obyek tertentu secara konkret, dan membentuk presepsi hingga membuahkan informasi tertentu. Meskipun pada tahap-tahap tersebut perkembangan bahasa anak mulai tumbuh bagi Piaget perkembangan struktur kognitif anak tidak bergantung pada perkembangan bahasanya.
c). Konkret tahap ini usia 8-11 tahun, anak mampu memusatkan perhatian pada sebuah aspek maupun problem dan menghubungkannya. Dan terdapat kemampuan memilah dan membedakan ciri aspek yang satu dengan yang lain serta membandingkan dunia pengalaman dan kenyataan yang dihadapi secara timbal balik. d. Oprasiformal (Operasional) Pada tahap ini usia anak 11 tahun keatas, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan simbolis, membentuk pemahaman secara komprehensif, dan membandingkan berbagai pengertian untuk kemudian mengambil kesimpulan secara tentatif
1. Perkembangan Struktur Kognitif Berorientasi pada pandangan Piaget, Perkembangan struktur kognitif anak meliputi tahap-tahap :
a) . Sensori Motor Tahap sensori motor, yakni usia 0-2 tahun, anak mulai merasakan dan memahami dunia dan lingkungannya dengan berdasarkan hubungan-hubungan langsung.
b). Praoperasional Pada tahap praoperasional, usia 3-7 tahun, anak dapat memikirkan obyek-obyek tertentu, kemungkinan manipulasinya, memilah dan menyusun obyek tertentu secara konkret, dan membentuk presepsi hingga membuahkan informasi tertentu. Meskipun pada tahap-tahap tersebut perkembangan bahasa anak mulai tumbuh bagi Piaget perkembangan struktur kognitif anak tidak bergantung pada perkembangan bahasanya.
c). Konkret tahap ini usia 8-11 tahun, anak mampu memusatkan perhatian pada sebuah aspek maupun problem dan menghubungkannya. Dan terdapat kemampuan memilah dan membedakan ciri aspek yang satu dengan yang lain serta membandingkan dunia pengalaman dan kenyataan yang dihadapi secara timbal balik. d. Oprasiformal (Operasional) Pada tahap ini usia anak 11 tahun keatas, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan simbolis, membentuk pemahaman secara komprehensif, dan membandingkan berbagai pengertian untuk kemudian mengambil kesimpulan secara tentatif
KESIMPULAN
Membaca adalah salah satu keterampilan dalam belajar
untuk memperoleh sejumlah pengalaman dan atau pengetahuan, sikap dan
keterampilan tertentu. Membaca adalah proses berpikir, dan intinya adalah
proses memaknai, yakni merekontruksi makna. Membaca sering juga dikatakan sebagai
proses kognitif yang kompleks. Namun, bukan berarti bahwa pekerjaan membaca
tidak dapat disederhanakan. Untuk dapat menjadi warga negara yang bisa
berpartisipasi dalam masyarakat maka perlu adanya pembelajaran pengembangan
keterampilan membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat. Adapun pengembangan keterampilan yang perlu dipelajari dalam
membaca, antara lain:
1. Pengembangan
Keterampilan Pemahaman
Yaitu melalui proses kesadaran (metakognitif) dengan
cara melakukan kontrol (memonitoring) pemahaman terhadap isi bacaan. Kesadaran
metakognitif ini memerlukan adanya monitoring oleh diri sendiri
(self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation).
2. Pengembangan Keterampilan Vokabuler Sosial
Vokabuler di sini maksudnya adalah
semua kata, perbendaharaan kata atau kosa kata yang biasa digunakan dalam IPS.
Dikembangkan dengan mengelompokkan jenis vokabuler dan melalui proses
penggunaannya dalam konteks bukan dengan glosarium saja.
Jarolimek dan Parker menyarankan beberapa keterampilan
membaca isi buku teks, sebagai berikut:
a. Memanfaatkan
beberapa bagian buku-buku.
b. Mengenali
kalimat-kalimat topik.
c. Memanfaatkan
teknik pengorganisasian buku.
d. Memanfaatkan gambar
untuk membantu pemahaman.
Dengan pembelajaran pengembangan keterampilan membaca
tersebut, dapat membantu kita berpartisipasi lebih baik di dalam masyarakat
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Sapriya: 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran.
Bandung: Rosdakarya
Dumanita.blogspot.com
Supriyadi M. Ed Prof. Dr. Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar