lirik lagu

Minggu, 28 Desember 2014

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

Makalah
BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDEKATAN DAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Dosen pengampu
Muhamad Irham, 
 
       DisusunOleh
Mentari Nur Hanifah   : 40213161
PGSD4/2




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
TAHUN AKADEMI 2014



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENDEKATAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Seperti reality terapy ada pendekatan yang dinilai terlalu kompleks  untuk siswa seperti sistematika yang dikembangkan oleh Carkhurf. Pada makalah ini akan membahas pendekatan yeng cenderung menuntut waktu konseling yang agak lama sampai lama sekali. Pembahasan mengikuti tiga kelompok pendekatan yaitu pendekatan afektif, pendekatan kognitif dan pendekatan behavioristik.
1. Pendekatan afektif
a.       Psikoanalisis
Psikoanalisis bersumber pada sederetan pandangan Sigmundfreud abad 20 yang mengalami perkembang pesat. Menurut pandangan Freud, setiap orang didorong-dorong oleh kekuatan-kekuatan irasionalndi dalamdirinya sendiri , oleh motif-motif yang tidak disadari sendiri, dan oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologisdan naluri.
b.      Psikologi Individu
Aliran psikologi individu dipelopori oleh Alfred Adler dan dikembangkan oleh Adlerian counseling. Terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Tiga konsep pokok dalam terapi ini adalah rasa rendah diri, usaha untuk mencapai keunggulan, dan gaya hidup perseorangan.
Dalam proses terapi konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan konseli dimasa lalu dan dimasa sekarang , sejak berusia sangat muda, antara lain berbagai peristiwa dimasa kecil yang masih diingat, urutan kelahiran dan keluarga, impian-impian, dan keanehan dalam berperilaku. Dari informasi itu konselor menggali rasa rendah diri pada konseliyang bertahan dan menemukan usahanya untuk menutupi perasaan itu melalui suatu bentuk kompensasi,sehingga mulai muncul gaya hidup perseorangan.



c.       Terapi getsalt
 Terapi getsalt dikembangkan oleh Fredrik perls. Terapi ini konselor membantu konseli untuk menghayati diri sendiri dalam situasi  kehidupannya yang sekarang dan menyadari halangan yang diciptakan sendiri untuk merasakan dan meresapi makna dari konstelasi pengalaman hidup. Terapi Getsalt membuat konseli merasa frustasi (berada dijalan buntu),tetapi frustasi itu dipandang sebagai usaha baru yang lebih konstruktif. Dengan kata lain, mengakui kegagalan dalam diri sendiri adalah cermin bagi diri sendiri.
d.      Konseling Eksistensial
Konseling eksistensial berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta yang mencangkup: kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnya sendiri, tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin, usaha untuk menemukan makna kehidupan manusia, keberadaan dalam kkomunikasi dengan manusia lain, kematian, serta kecendeerungan dasar untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
2.  Pendekatan Kognitif
a.       Analisis Transaksional
Analisis transaksional dipelopori oleh Eric Berene. Analisis transaksional menekankan pada pola interaksi antara orang-orang, baik yang verbal maupun nonverbal(transaction). Dan perhatian utamanya diutamakan pada manipulasi dan siasat yang digunakan oleh orang dalam berkomunikasi satu sam lain.
Tujuan konseling menurut pendekatan transaksional iyalah supaya konseli menjadi sadar akan seluruh hambatan yang diciptakannya sendiri dalam berkomunikasidengan orang lain,serta kemudian mengembangkan suatu pola interaksi sosial yang sesuai dengan situasi dan kondisi, dengan menempatkan diri dalam keadaan diri yang memungkinkan proses komunikasi yang sehat.
b.      Sistematika Carkhuf
Sistematika ini merupakan pola pendekatan tersendiri, yang dikembangkan oleh Robert R. Carkhuff. Dalam sejarah teori-teori konseling Carkhuff menemukan dua konsepsi pokok yang mengutamakan memahami dan konsepsi serta yang mengutamakan bertindak. Kedua pola pendekatan di pandang berat sebelah dan kurang menjamin keberhasilan dalam konseling, oleh karena itu kedua pola pendekatan harus dipadukan dalam suatu pendekatan yang sistemati yang menjamin efisiesi dan efektivitas dari proses konseling serta menghasilkan perubahan positif yang nyata dalam perilaku konseli. Orang yang melalukan konseling harus melewati tiga fase yaitu eksplorasi(exploration), pemahaman diri(understanding), dan bertindak (action). Ketiga fase ini di dahului oleh fase persiapan, dimana konseli melibatkan diri dalam proses konseling.
Bagan proses konseling menurut Robert Carkhuf
Fase dalam proses
Aktivitas konseli
Ketrampilan konselor
1.      Keterlibatan









2.    Eksplorasi











3.     Pemahaman











4.    Bertindak
1.      melibatkan diri
a.    Menghadap konselor
b.    Mengungkapkan sesuatu secara verbal dan nonverbal
c.    Mulai mengutarakan masalah pribadi yang dihadapi


2.      Menggali aspek-aspek penting dalam menghadapi masalah
a.       Menghadapi unsur-unsur pokok dalam masalah
b.      Meninjau makna dari dirinya
c.       Menghayati perasaan-perasaan yang timbul
d.      Melihat alasan-alasan timbulnya semua reaksi perasaan itu
3.      Menyadari bahwa masalah adalah problem dirinya sendiri, yang tidak dapat ditampakan pada orang lain, dia sendiri bertanggung jawab mengatasinya:
a.    Akibat dari permasalahan bagi dirinya
b.    Merumuskan masalah dalam bentuk “problemku adalah.....”
c.    Menyadari perasaan sendiri dalam menghadapi masalah ini, disertai alasan berperasaan demikian.
d.   Menetapkan tujuan yang ingin dicapai, sehingga masalah dapat diatasi
4.      Mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program kerja yang konkrit:
a.    Tujuan dirumuskan dalam bentuk kerja yang nyata
b.    Menetapkan jalan atau cara yang tepat untuk mencapai tujuan
c.    Merencanakan urutan kerja yang akan ditempuh
d.   Mulai melaksanakan langkah pertama yang direncanakan.

1.       melibatkan konseli dengan menggunakan attending skils, seperti merapikan meja, mengamati isyarat-isyarat nonverbal, mendengarkan dan menunjukan penerimaan (ketrampilan ini tetap dibutuhkan pada fase-fase selanjutnya.)
2.        Membantu konselimenggali aspek-aspek penting dalam menggunakan responding skills, seperti Refleksi dan Klarifikasi perasaan, permintaan untuk melanjutkan, pertanyaan-pertanyaan spesifik



3.     Membantu konseli memahami diri berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima tanggung jawab terhadap masalah itu, dengan mengggunakan personalizing skills, seperti refleksi, klarifikasi, interpretasi, konfrontasi, diagnosis, penyajian alternatif,-alternatif pemberian umpan balik.



4.    Membantu konseli menuangkan kemauan untuk mencapai tujuan dalam bentuk rancana urutan langkah kerja yang konkret, dengan menggunakan initiating skills, seperti pembeian informasi, uraian / saran, pemberian umpan balik, dukungan / bombongan.







3.      Pendekatan Behavioristik
a.       Reality Therapy
Reality Therapy dikembanhkan oleh William Glasser. Yang dimaksud dengan istilah reality ialah suatu standar atau patokan obyektif yang menjadi kenyataan atau realitas yang harus diterima. Glasser memfokuskan perhatian pada perilaku seseorang pada waktu sekarang, dan menitik beratkan tanggung jawab yang dipikulsetiap orang untuk berperilaku sesuai dengan realitas atau kenyataan yang sedang dihadapi.
Selama proses konseling, konselor membantu konseli menilai kembali tingkah lakunya dari sudut bertindak secara bertanggung jawab. Dengan demikian proses konseling bagi konseli menjadi pengalaman belajar menilai diri sendiri dan dimana perlu menggantikan tingkah laku yang keliru dengan tingkah laku yang tepat.
b.      Multimodal Counseling
Pendekatan konseling ini memadukan berbagai unsur (multi) dari beberapa pendekatan yang tersedia(modal counseling). Pendekatan ini berakar pada pendekatan Behavioristik, tetapi sekaligus mencakup banyak unsur lain yang saling berkaitan dalam lingkup sejarah perkembangan individu , proses belajar dan hubungan antar pribadi.
Selama proses konseling perhatian konselor terpusatkan pada tujuh faktor dalam pola kehidupan konseli, yaitu perilaku nyata, alam perasaan, proses persepsi melalui alat indera, konsep diri dalam berbagai aspeknya, keyakinan dan nilai-nilai dasar sebagai [pegangan dalam menentukan sikap, hubungan pribadi dengan orang yang dekat, dan keadaan fisik seta kesehatan rohani.



Model-model Bimbingan
Terdapat beberapa model bimbingan yang berkembang mulai periode awal samapai priode sekarang. Model bimbingan ini sangat dipengaruhi oleh pandangan para ahli bingbingan terhadap  individu yang dibingbing,konselor peroses,metode dan hasil bingbingan yang diharapkan. Disamping itu model ini juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi . kita perlu memahami model-model bimbingan ini agar kita memahami secara utuh perkembangan model bimbingan mulai dari awal sampai sekarang.
a.model Bimbingan Periode Awal
1.model Personian
 Model bimbingan ini merupakan buah pikiran atau gagasan dari “Founding of Guidance.” Yaitu Frank parson. Model ini berupaya menjodohkan ( matching) karakteristik (kemampuan,minat,dan temperamaen ) individu dengan syarat-syarat yang dituntut suatu pekerjaan (okupasi). Dia meyakini bahwa jika indiidu bekerja dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, maka yang diuntungkan bukan hanya individu itu sendiri,tetapi juga masyarakat atau perusahaan (lembaga) yang memperkerjakaan individu itu sendiri.
 Berdasaarkan pengamatan parson terhadap para pemuda-pemudi di Biro Pekerjaan (Vocational Bureau) yang dia dirikan menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan bantuaan yang sistematik dari seseorang yang berpengalaman dan punya ke ahlian ,yaitu konselor dalam memilih pekerjaan .Dia berfikir bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan dala mmemilih satu pekerjaan. Ketiga faktor itu adalah sebagai berikut.
a). Man Analysis. Dalam hal ini konselor bersama klien(konselee) bersama-sama menganalisis kapabilitas,minat,dan tempat ramen klien.
b).job Analysis . Klien atau individu menelaah, mengkaji peluang , perssyaratan,dan prospek pekerjaan dari berbagai lini pekerjaan.
c).joint and Cooperative Comparison of These Two Sets of Analysis. Konselor bersama kelien memandukan atau menjodohkan keduanya data hasil analisis di atas.
    
           
teori parson ini telah memberikan konstribusi yang sangat berarti kepada perkembangan bimbingan,terutama menyangkut ketiga aspek berikut ini.
(a). Kegiatan analisis sebelum memilih pekerjaan mengilhami pengetahuan tes pisikologi untuk mendiagnosis karakteristik individu atau memfasilitasi terselenggaranya kegiataan “man analysis.”
(b). Bimbingan dipandang sebagai satu program yang membantu individu sebelum masuk ke dunia kerja.
(c). bimbingan model person memfokuskan pada aspek vokasional.
2. Bimbingan Identik dengan Pendidikan
Yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan pendidikan adalah Brewer, yaitu melalui bukunya “Education as Guidance” Yang dipublikasikan pada tahun 1932. Dia menyelesaikan setudinya di Uniersitas Harvard,kemudian menjadi pimpinan eksekutif Komite  Biro Vokasional Parson di Boston .pada tahun 1916-1917 dia mengajar di Hervard, kemudian pada tahun 1918 Pergi ke  Los Angeles dan menejer di Uniiversitas California ,pada mata kuliah bimbingan jabatan dan pendidikan jabatan. Pada tahun 1919 dia kembali ke Harverd untuk mengajar dan menjadi direktur  “Bereau of Vocational Guaidance.” Dia mengorganisasikan kursus kursus reguler untuk mempersiapakan konselor.
Brewer berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa (peserta didik) agar mamapu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang bermakakna,melalui pengetahuan dan kebijakan . Dia meyakini bahwa sekolah bertanggung jawab untuk membimbing para siswa . istilah bimbingan dan pendidikan sering digunakan secara bergantian oleh Berwer . Dia mengemukakan beberapa kriteria bmbingan sebagai berikut :
a.       Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah,menyelesaikan suatu tugas atau  meraih tujuan.
b.      Seseorang dibimbing biasanya berdasarkan permintaan  atau inisiatifnya.
c.       Bimbingan bersifat simpatik ,bersahabat dan pemahaman.
d.      Pembimbing harus memilih pengalaman,pengetahuan,dan kebijakan.
e.       Metode bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh pengalaman dan wawasan baru.
f.       Individu yang dibimbing secara progresif menerima bimbingan dan mengambil keputusan sendiri.
g.      Bimbingan memberikan bantuan kepada individu agar dapat membimbing dari sendiri secara lebih baik.
b.Model Bimbingan priode berikutnya
1.bimbingan sebagai Distibusi dan penyesuaian
Pada pertengahan tahun 1920-an, William M .procter mengemukakan bahwa Sekolah Menengah Atas di Amerika sangat memerlukan program bimbingan . Dia berpendapat bahwa bimbingan merupakan kekuatan mediasi ( mediating force ) yang membantu para siswa untuk megatasi masalah-masalah , baik di sekolah maupun dalam kehidupan pada umumnya. Dia meyakini bahwa  para siswa membutuhkan bantuan dalam dalam memilih bidang studi ,kegiatan ekstakurikulur, pendidikan lanjut dan sekolah-sekolah kejuruan sesuai dengan minat dan tujuanya.selanjutnya Proctor mengemukakan bahwa fungsi bimbingan sangat berkaitan proses distibusi dan penyesuaian (adjustment) bagi para siswa.
Pada tahun 1930-an, koos dan Kaufauer memperkuat pendapat Proctor, yaitu bahwa bimbingan berfungsi distributif dan penyesuaian. Kefauver menekankan bahwa bimbingan harus melakukan dua fungsi pokok yaitu sebagai berikut.
a). Distibusi. Dalam hal ini konselor berupaya untuk membantu siswa dalam memforumulasikan tujuan-tujuannya, baik menyangkut aspek pekerjaan, sosial, pribadi rekreasi dan yang lainya. Dalam proses bantuan ini , siswa diharapkan memiliki pemahaman tentang dirinya dengan lingkunganya. Dalam fungsi distribusu ini, siswa dibantu untuk menemukaan peluang-peluang dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
b). Penyesuaian. Dalam hal ini konselor membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri, ketika dia tidak mampu memadukan atau mengintegrasikan pengetahuan tentang dirinya dan lingkungannya yang terkait dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Bimbingan yang berfungsi distibutif dan penyesuaian ini bertujuan sebagai berikut.
1.Membantu siswa agar memperoleh tingat efisiensi dan kepuasan yang tinggi dalam melakukan berbagai aktivitadnya sesuai dengan yang diharapkan.
2.Membantu siswa untuk memilih kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang memberikan konstibusi bagi kebahagian dirinya juga orang lain.
3.Membantu siswa agar dapat merumuskan perencanaan dan tujuan yang ingin dcapainya.
4.Membantu siswa untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan perencanaan, probabilitas keberhasilan dan kepuasaan dalam berbagai jenis kegiatan baik didalam maupun luar sekola, kemampuan dan minat pribadi  , berbagai kegiatan yang akan dipilih , program sekolah dan peluang-peluang latihan atau kursus-kursus.
            2). Bimbingan sebagai proses klinis
Bimbingan sebagai proses klinis pertama kali diperkenalkan oleh M.S. Viteles, Donald G. Paterson dan E.G Wiliamson . model bimbingan ini ditandai dengan ciri-ciri (1) sebagai proses terhadap metode tiruan yang sering dianggap sebagai bimbingan, (2) berupa mengembangkan teknik-teknik untuk menganalisis individu secara komprehensif, (3) menekankan peranan konselor yang terlatih secara profesional yang bertugas untuk membantu siswa yang memiliki masalah kesulitan penyesuaian diri dan, (4) mengikuti prosedur yang teratur tetap tidak mekanis yaitu analisis ,sintesis, diagonis, prognosis, konseling, dan tidak lanjut.
Bimbingan sebagai suatu proses klinis menekankan kepada penggunaan tes pisikologi, teknik klinis, dan studi diagonistis analitik, sehingga konselor dapat memahami keliennya secara lebih baik, dan dapat menentukan masalah-masalah secara lebih cepat dan akurat, serta memberikan treatment yang lebih cepat juga . para konselor tidak menaruh perhatian terhadap pengambilan keputusan bagi kelien memperoleh wawasan atau pemahaman tentang faktor penebab masalah yang dihadapinya dan memilih alternatif tingkah laku yang tepat.
Model bimbingan klinis ini pendekatannya bersifat direktif yang hasilnya sering efesien dan ekonomis , sehingga konselor dapat bekerja dengan lebih banyak klien. Di samping ini pendekatannya bersifat ilmiah dalam memecahkan masalah yang di alaami klien dan menggunakan metode yang objektif dalam mengumpulkan data klien.
            3). Bimbingan sebagai pengambilan keputuan
Dua orang ahli yaitu jones dan Myer adalah  yang pertama kali mempersepsikan bimbingan sebagai pengambilan keputusan. Kedua orang ahli ini berpendapat bahwa situasi bimbingan itu eksis hanya ketika siswa membutuhkanbantuan dalam membuah pilihan dan penyesuaian diri, pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan untuk pengaruh diri (self-direction).
            Myer mengemukakan bahwa bimbingan merupakan pengambilan keputusan yang melibatkan dua hal yaitu (1). Keragaman kemampuan individu dan (2). Keragaman arternatif pilihan Menurut Myer, bidang bimbingan yang utama adalah bimbingan pendidikan dan jabatan ( pekerjaan ). Bidang bimbingan lainnya adalah bimbingan rekreasi, bimbingan sosial dan bimbingan kesehatan.
            Katz mendefinisikan bimbingan sebagai interesi profesional terhadap individu agar dapat melakukan pilihan-pilihan dalam bidang pendidikan atau pekerjaan. Menurut dia kemampuan mengambil keputusan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-kultural dan nilai-nilai. Pengambilan keputusan itu terjadi ketika seorang (1) tidak mengetahui informasi yang dia perlukan, (2) tidak memiliki informasi yang di inginkan dan (3) tidak dapat memnggunakan informasi yang dimiliki.
            Model bimbingan ini berasumsi bahwa  ( 1 ) keragamaan antara individucukup berarti , baik dalam aspek abilitas maupun interes dan ( 2 ) permasaalahan tidak dapat diselesaikan dengan sukses oleh para pemuda ( remaja ) tanpa bantuan dari orang lain yang profesional.
            Model bimbingan ini sangat berkontribusi terhadap pengembangan sikap demokratis para siswa, karena mereka dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
            4)  bimbingan sebagai sistem Eklektik
Kata “ elektic “ berarti menyeleksi atau memilih doktrin, atau metode yang tepat dari berbagai sumber teori atau sistem. Bimbingan sebbagai sistem eklektk tidak dapat di identifikasi dengan satu teori tunggal, tetapi merupakan representasi dari pendapat satu teori tunggal,tetapi merupakan representasi dari pendapat atau teori stang, tlexler, Ereksion, Darly, Torne dan yang lainnya. Steang merupakan salah seorang ahli bimbingan elektik, yang sejak tahun 1932 telah banyak mempublikasikan pendapat-pendapatnya.
Stang berpendapat bahwa bimbingan sebagai upaya yang positif, dan meyakini bahwa pengalamanan sekolah harus di seleksi dan harus di padukan kedalam pengalaman hidup siswa secara keseluruhan. Menurut dia yang menjadi inti layanan bimbingan adalah (1) mengetahui individu, (2) mengetahui peluan-peluang  pendidik, dan (3) membantu individu untuk melakukan pilihan melalui bimbingan kelompok atau konseling.
Metode bimbingan ekletik memiliki beberapa asumsi dasar yaitu: (1) individu merupakan bantuan profesional secara priodik dalam rangka memahami diri dan situasi serta memecahkan masalahnya dan , (2) individu memiliki kemampuan untuk belajar dan membuat perencanaan dan (3) pemberian layanan yang berorientasi kepada teori tunggal memiliki keterbatasan dalam prosuder, teknik, atau pandangan dibandingkan dengan yang bersumber kepada beberapa teori.
Model bimbingan ini merupakan kompromi dari beberapa teori dalam upaya mereduksi polarisasi dua kutub pelayanaan yang pendekatannya sangat berbeda yaitu kutub konseling direksi dari Williamson dan kutub konseling non-direktif dari Regers.
C.Model Bimbingan Kontemporer
1. bimbingan sebagai Kontemporer
Hoyt mengenalkan model ini pada tahun 1962. Dia mengaritkan bimbingan sebagai bagian dari layanaan pribadi siswa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu melalui perluasaan pelayanaaan sekolah bagi para siswa yang terkait dengan masalah-masalah pribadi, pilihan, dan pengambilan keputusan yang kesemuannya itu di arahkan kepada pencapaian kematangan.
Dia mengemukakan bahwa (1) program bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung  jawab bersama semua personel sekolah (2) konselor merupakan figur kunci yang bertanggung jawab terhadap perogram bimbingan (3) pekerjaan konselor yang lebih utama adalah menjalin kerjasama dengan para guru dari pada dengan psikologi, pekerja sosial, atau yang sejenisnnya.
Hoyt meyakini bahwa tujuan layanan konseling akan tercapai dengan sukses apabila diintegresikan dengan tujuan sekolah. Berdasarkan alasan ini, konselor harus memiliki komitmen karirnya dalam pendidikan, memandang dirinya sebagai pendidik dari dari pada seorang profesional yang bekerja dengan para pendidik . lebih jauh dia berpendapat bahwa konselor harus memiliki sertifikasi mengajar sebagai hal ini (1) memperjelas komitmennya kepada pendidik dan (2) akan diterima oleh para guru dan administrator.
Menurut hoyt, konselor memiliki tiga aktifitas utama yaitu : (1) memberikan layanaan secara langsung kepada siswa ,(2) berkontribusi kepada semua aktivitas dalam penyelenggaraan bimbngan, dan (3) mempelajari dan menafsirkan data siswa . selanjutnya dia mengemukakan tentang tugas-tugas konselor, yaitu (1) mengumpulkan data siswa dalam rangka memahami karakteristik pribadinnya, (2) memberikan layanan informasi tentang pendidikan dan jabatan, (3) memberikan layanan konseling (4) melakukan referal ke pihak lain , (5)memberikan layanan bimbingan kelompok, (6) melakukan penelitian tentang kebutuhan dan masalah siswa, serta berbagai peluang yang mungkin dapat di peroleh siswa.
Hoyt berpndapat bahwa fungsi konselor dalam hubungannya dengan para guru dan sepelialis adalah (1) konselor sebagai konsultan bagi dalam hal memberikan penjelasaan tentang data siswa, mendorong guru agar mau bekerja secara langsung dengan siswa dan ,(2) merefral para siswa kepada para spesialis. Pendapat yang lain bahwa kepala sekolah dipandang sebagai seorang yang sangat bertanggung jawab secara langsung terhadap terselenggaraya program bimbingan.
Model kontelasi ini biasanya eksis di sekolah untuk mendukung pekerjaan para guru. Program bimbingan dibutuhkan karena siswa mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu para siswa perlu di berikan pengajaran remedial, agar mereka berhasil dalam pelajaranya. Pandangan ini menanggap guru sebagai seorang profesional utama di sekolah, sementara layanan bimbingan hanya sebagai pelengkap, dan konselor di pandang sebagai tenaga teknis.
2) Bimbingan Perkembangan
Konsep bimbingan sebagai suatu proses perkembangan menekankan pemberian bantuannya kepada semua siswa dan meliputi semua bidang bimbingan : vokasional, pendidikan, personal, dan sosial kepada semua tahap atau  rentang kehidupan. Para ahli yang dipandang sebagai pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L Chapman yang menyusun buku Dvelomental Approach ; dan R obert Mathewson yang menyusun buku Guidance Policy and Practice.
Bimbingan dan Konseling perkembangan merupakan pandangan mutakhir yang bertitik tolak dari asumsi yang positif tentang potensi manusia ,Berdasarkan asumsi ini bimbingan dan konseling di pandang sebagai suatu proses perkembangan yang menekankan kepada upaya membantu semua peserta didik atau individu dalam semua fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi dan sosial.
Mathewon memandang bahwa pendekatan pengembangan mengindetfikasi dan menekankan layanaannya kepada bidang vokasional, pendidikan, dan pribadi. Perhatia nutama pendekatan ini adalah pekembangan yang positif semua aspek perkembangan siswa, adalah perkembangan yang fositf semua aspek perkembangan sisawa yang dalam menyelenggarakan melibatkan kerja bersama semua pihak : konselor ,guru , dan adminstator (kepala sekolah dan staf).
Mathewon mencatat empat hal yang terkai dengan mengapa individu membutuhkanuntuhkan bimbingan yaitu sebagai berikut :
a). Kebutuhan individu untuk menilai dan memahami diri.
b). Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
c). kebutuhan untuk memiliki orientasi atau wawasan tentang berbagai kondisi yang terjadi pada masa sekarang dan yang akan datang.
d). Kebutuhan untuk mengembangkan potensi pribadi.
            Perbedaan antara bimbingan perkembangan dengan penyesuaian adalah bahwa bimbingan peyesuaian menekankan layananya kepada maslah individu, sementara yang yang pengembangan menekankan kepada upaya mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri , yang di fokuskan kepada pengembangan fungsi ego dan self-concept. Layanan bimbingan pengembangan bersifat interpretatifbukan deterministik.
            Bimbingan penembangan didasarkan kepada landasan filosofi, individualitas. Landasan-landasan itu dijelaskan sebagai berikut.
(a). Landasan filosofis.
Bimbingan diarahkan kepadaa pencapaian perkembangan pribadi yang adekuat dan efektif melalui pemahaman diri dan lingkungan ,pemahaman tentang hubungan antara diri dengan lingkungan dan pemahaman nilai-nilai pribadi dan sosial. Bimbingan ini merupakan proses layanan yang konfrensif yang  berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat)dan melibatkan semua pihak.



(b). Landasan Indiidualitas
Bimbingan pengembangan menekankan kepada (1)kekuatan individu untuk merancang beraksi ,( berperilaku) dan menilai hubungan antara dirinya dan lingkungannya (2) pengembangan potensi diri (3) cara individu dalam menafsirkan lingkungan atau situasi yang terkait dengan kebutuhan, minat dan nilai-nilai serta dampaknya terhadap penampilan dirinya. Melalui proses bimbingan bimbingan individu berlatih untuk mengembangkan potensi dirinya dan membangun pemahaman yang lebih matang tentang dirinya dan peluang-peluang yang menunjukannya.
(c). landasan Organisatoris
Keberhasilan perogram bimbingan bergantung kepada kerjasama antara pihak kepada sekolah, konselor, guru-guru dan prsonel sekolah lainnya. Masing-masing mereka di harapkan memiliki pemahaman tentang siswa. Proses bimbingan berlangsung dari mulai masa kanak-kanak samapi  dewasa , yang pendekatannya bersifat komprehensif.
Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan, bahwa bimbingan dengan pendekatan perkembangan di dasarkan kepada premis-premis (1) semua individu membutuhkan bimbnigan dalam semua rentang dalam kehidupannya, (2) proses bersifat komprensif. (3) tujuan bimbingan diarahkan kepada pengembangan ke mampuannya atau potensi individunya, sehingga dia mampu mengembangkannya sendiri secara bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun lainnya( masyarakat).
Model bimbingan ini berbedac dengan bimbingan tradisional. Dalam hal ini Lynn Bullard (1993) .menjelaskan perbedaannya itu  sebagai berikut.







TABEL 1.1
Perbedaan antara bimbingan tradisional dan bimbingan perkembangan
Bimbingan Tradisional
Bimbingan perkembangan (komprensif)
1.      Bersifat reaktif

2.      konseling menggunakan pendekatan kerisis.

3.      Hanya melakukan bimbingan atau konseling individual

4.      Tidak semua siswa mendafatkan layanan.

5.      Menekankan layanan informasi, dan berorientasi kepada tugas administratif.

6.      Programnya tidak setruktur dan tidak dapat di ukir.


7.      Hanya dilakukan ileh konselor sendiri.

1.      Terencana dan didasarkan kepada priorintas
2.      Konseling menggunakan pendekatan preventif dan krisis

3.      Melaksanakan konseling dan bimbingan kelompok

4.      Semua siswa memndapatkan layanan.

5.      Menekankan program dasar dan berorientasi kepada pencapai tujuannya.

6.      Program struktur , diealuasi, dikembangkan berdasarkan hasil ealuasi.

7.      Dilakukan teamwork.

3).bimbingan sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang bertujuan.
Bimbingan sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang bertujuan  (the science of purposeful action )telah dianjurkan sejak tahun 1963 tiedeman dan field.  Mereka meyakin bahwa praktek bimbingan yang terjadi merefleksikan keinginan-keinginan untuk membuat pengajaran lebih efektif tanpa membatasi pengaruh dari guru. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan yang menempatkan guru dalam posisi superior, sementara konselor berada posisi perlengkapan. Implikasinya adalah konselor di pandang sebagai pendidik bukan di dalam pendidik, serta pencapaian aplikasi bimbingan secara penuh dan efektif mengalami jalan buntu.
Tiedman dan field mengemukakan,ada tiga upaya menjadikan menjadi bimbingan sebagai pekerjaan profesional yaitu sebagai berikut :
a). Lahirnya organisasi profesional-profesional seperti the Amarican Prsonnel ang Gidencn Assocication. Dan the American Psychogisical Associcion.
b). Pengaruh dukungan keuangan dan hukum seperti dukungan dari “ national defense education act” pada tahun 1958.
c). dukungan para teroris seperti Mathewson, Sonald Super dan Wrenn.
4) Bimbingan sebagai Rekonstruksi Sosial
Model bimbingan ini dikembangan pada tahun 1962 oleh Edward J  Shoben. Dia berpendapat bahwa konselor adalah leder dalam merekonsturkan sosial di sekolah seperti dalam pengelompokan siswa dan memberikan konstribusi dalam pengembangan kurikulum yang mendorong terciptanya kehidupan terpuji.
Tugas utama bimbingan ini menbantu siswa dalam mengembangkan potensinya dan menemukan cara-cara mengepresikan dirinya sesuai dengan norma masyarakatnya. Bimbingan harus di rancang secara sirematis dan mendorong siswa untuk menelaah nilai-nilai dan untuk menjalani kehidupan yang terpuji.
5) bimbingan sebagai pengembangan pribadi
Model ini dikembangkan olehb Chris D. Pada akhir tahun 1960-an. Model ini merupakan tahap awal dalam membangun kerangka kerja konseling di sekolah. Perhatian utama model ini adalah perkembangan individu dari pendidikan.
Kehas mengemukakan beberapa asumsi dasar tentang pendidikan yaitu bahwa (1) bpendidikan adalah ,mengajar, (2) yang menjadi perhatian utama dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar (teacing-learning-situation), (3) hubungan yang utama adalah guru dengan siswa dan (4)  hanya ada satu tipe pendidikan yaitu guru.
Pada perkembangan beriktnya, khhas melakukan redefinisi tentang pendidikan yaitu : bahwa pendidkan sebagai proses yang melibatkan belajar (invoement with learning). Dalam hal ini guru bertugas membawa siswa kedalam suasana hubungan akademik yang baik , melalui pengembangan pengetahuan tentang di siplin akademik guru. Siswa dibantu untuk merumuskan tujuan dan makan kehidupannya.
Kehas berpendapat bahwa teaching and conseling merupakan dua pendekatan yang berhubungan dengan siswa, yang bersifat komplementer dan kolaboratf. Dua pendekatan ini sama-sama penting dalam rangka mencapai tujuan pendidik.
6) konseling Keterampilan Hidup (life skills counseing)
 konseling Keterampilan Hidup (life skills counseing) diebut juga life kills helping (LSH) merupakan model yang interakif untuk membantu kelien agar mengembangkan keterampilan membantu dirinya sendiri (self-helping).
Kata “skill” berkenalan dengan wilayah (areas) keterampilan seperti keterampilan vmendengarkan dan disklosur







1 komentar: