Makalah
BIMBINGAN DAN KONSELING
PENDEKATAN DAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Dosen pengampu
Muhamad Irham,
DisusunOleh
Mentari Nur Hanifah :
40213161
PGSD4/2
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
TAHUN
AKADEMI 2014
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Seperti reality terapy ada pendekatan yang dinilai
terlalu kompleks untuk siswa seperti
sistematika yang dikembangkan oleh Carkhurf. Pada makalah ini akan membahas
pendekatan yeng cenderung menuntut waktu konseling yang agak lama sampai lama
sekali. Pembahasan mengikuti tiga kelompok pendekatan yaitu pendekatan afektif,
pendekatan kognitif dan pendekatan behavioristik.
1. Pendekatan afektif
a.
Psikoanalisis
Psikoanalisis
bersumber pada sederetan pandangan Sigmundfreud abad 20 yang mengalami
perkembang pesat. Menurut pandangan Freud, setiap orang
didorong-dorong oleh kekuatan-kekuatan irasionalndi dalamdirinya sendiri , oleh
motif-motif yang tidak disadari sendiri, dan oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah
yang bersifat biologisdan naluri.
b.
Psikologi Individu
Aliran
psikologi individu dipelopori oleh Alfred Adler dan dikembangkan oleh Adlerian
counseling. Terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk
menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Tiga konsep pokok dalam terapi ini
adalah rasa rendah diri, usaha untuk mencapai keunggulan, dan gaya hidup
perseorangan.
Dalam
proses terapi konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan konseli dimasa
lalu dan dimasa sekarang , sejak berusia sangat muda, antara lain berbagai
peristiwa dimasa kecil yang masih diingat, urutan kelahiran dan keluarga,
impian-impian, dan keanehan dalam berperilaku. Dari informasi itu konselor
menggali rasa rendah diri pada konseliyang bertahan dan menemukan usahanya
untuk menutupi perasaan itu melalui suatu bentuk kompensasi,sehingga mulai
muncul gaya hidup perseorangan.
c.
Terapi getsalt
Terapi getsalt dikembangkan oleh Fredrik perls.
Terapi ini konselor membantu konseli untuk menghayati diri sendiri dalam
situasi kehidupannya yang sekarang dan
menyadari halangan yang diciptakan sendiri untuk merasakan dan meresapi makna
dari konstelasi pengalaman hidup. Terapi Getsalt membuat konseli merasa frustasi
(berada dijalan buntu),tetapi frustasi itu dipandang sebagai usaha baru yang
lebih konstruktif. Dengan kata lain, mengakui kegagalan dalam diri sendiri
adalah cermin bagi diri sendiri.
d.
Konseling Eksistensial
Konseling
eksistensial berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta yang mencangkup:
kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnya
sendiri, tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan
batin, usaha untuk menemukan makna kehidupan manusia, keberadaan dalam
kkomunikasi dengan manusia lain, kematian, serta kecendeerungan dasar untuk
mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
2. Pendekatan
Kognitif
a.
Analisis Transaksional
Analisis
transaksional dipelopori oleh Eric Berene. Analisis transaksional menekankan
pada pola interaksi antara orang-orang, baik yang verbal maupun
nonverbal(transaction). Dan perhatian utamanya diutamakan pada manipulasi dan
siasat yang digunakan oleh orang dalam berkomunikasi satu sam lain.
Tujuan
konseling menurut pendekatan transaksional iyalah supaya konseli menjadi sadar
akan seluruh hambatan yang diciptakannya sendiri dalam berkomunikasidengan
orang lain,serta kemudian mengembangkan suatu pola interaksi sosial yang sesuai
dengan situasi dan kondisi, dengan menempatkan diri dalam keadaan diri yang memungkinkan
proses komunikasi yang sehat.
b.
Sistematika Carkhuf
Sistematika ini
merupakan pola pendekatan tersendiri, yang dikembangkan oleh Robert R.
Carkhuff. Dalam sejarah teori-teori konseling Carkhuff menemukan dua konsepsi
pokok yang mengutamakan memahami dan konsepsi serta yang mengutamakan
bertindak. Kedua pola pendekatan di pandang berat sebelah dan kurang menjamin
keberhasilan dalam konseling, oleh karena itu kedua pola pendekatan harus
dipadukan dalam suatu pendekatan yang sistemati yang menjamin efisiesi dan
efektivitas dari proses konseling serta menghasilkan perubahan positif yang
nyata dalam perilaku konseli. Orang yang melalukan konseling harus melewati
tiga fase yaitu eksplorasi(exploration), pemahaman diri(understanding), dan
bertindak (action). Ketiga fase ini di dahului oleh fase persiapan, dimana
konseli melibatkan diri dalam proses konseling.
Bagan proses konseling menurut Robert Carkhuf
Fase dalam proses
|
Aktivitas konseli
|
Ketrampilan konselor
|
1.
Keterlibatan
2.
Eksplorasi
3.
Pemahaman
4.
Bertindak
|
1.
melibatkan diri
a.
Menghadap konselor
b.
Mengungkapkan sesuatu secara verbal dan nonverbal
c.
Mulai mengutarakan masalah pribadi yang dihadapi
2.
Menggali aspek-aspek penting dalam menghadapi masalah
a.
Menghadapi unsur-unsur pokok dalam masalah
b.
Meninjau makna dari dirinya
c.
Menghayati perasaan-perasaan yang timbul
d.
Melihat alasan-alasan timbulnya semua reaksi perasaan itu
3.
Menyadari bahwa masalah adalah problem dirinya sendiri, yang tidak dapat
ditampakan pada orang lain, dia sendiri bertanggung jawab mengatasinya:
a.
Akibat dari permasalahan bagi dirinya
b.
Merumuskan masalah dalam bentuk “problemku adalah.....”
c.
Menyadari perasaan sendiri dalam menghadapi masalah ini, disertai alasan
berperasaan demikian.
d.
Menetapkan tujuan yang ingin dicapai, sehingga masalah dapat diatasi
4.
Mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program kerja
yang konkrit:
a.
Tujuan dirumuskan dalam bentuk kerja yang nyata
b.
Menetapkan jalan atau cara yang tepat untuk mencapai tujuan
c.
Merencanakan urutan kerja yang akan ditempuh
d.
Mulai melaksanakan langkah pertama yang direncanakan.
|
1.
melibatkan konseli dengan menggunakan attending skils, seperti merapikan
meja, mengamati isyarat-isyarat nonverbal, mendengarkan dan menunjukan
penerimaan (ketrampilan ini tetap dibutuhkan pada fase-fase selanjutnya.)
2.
Membantu konselimenggali aspek-aspek penting dalam menggunakan responding
skills, seperti Refleksi dan Klarifikasi perasaan, permintaan untuk
melanjutkan, pertanyaan-pertanyaan spesifik
3. Membantu konseli memahami
diri berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan menerima tanggung jawab
terhadap masalah itu, dengan mengggunakan personalizing skills, seperti
refleksi, klarifikasi, interpretasi, konfrontasi, diagnosis, penyajian
alternatif,-alternatif pemberian umpan balik.
4. Membantu konseli menuangkan
kemauan untuk mencapai tujuan dalam bentuk rancana urutan langkah kerja yang
konkret, dengan menggunakan initiating skills, seperti pembeian informasi,
uraian / saran, pemberian umpan balik, dukungan / bombongan.
|
3.
Pendekatan Behavioristik
a.
Reality Therapy
Reality
Therapy dikembanhkan oleh William Glasser. Yang dimaksud dengan istilah reality
ialah suatu standar atau patokan obyektif yang menjadi kenyataan atau realitas
yang harus diterima. Glasser memfokuskan perhatian pada perilaku seseorang pada
waktu sekarang, dan menitik beratkan tanggung jawab yang dipikulsetiap orang
untuk berperilaku sesuai dengan realitas atau kenyataan yang sedang dihadapi.
Selama
proses konseling, konselor membantu konseli menilai kembali tingkah lakunya dari
sudut bertindak secara bertanggung jawab. Dengan demikian proses konseling bagi
konseli menjadi pengalaman belajar menilai diri sendiri dan dimana perlu
menggantikan tingkah laku yang keliru dengan tingkah laku yang tepat.
b.
Multimodal Counseling
Pendekatan
konseling ini memadukan berbagai unsur (multi) dari beberapa pendekatan yang
tersedia(modal counseling). Pendekatan ini berakar pada pendekatan
Behavioristik, tetapi sekaligus mencakup banyak unsur lain yang saling
berkaitan dalam lingkup sejarah perkembangan individu , proses belajar dan
hubungan antar pribadi.
Selama
proses konseling perhatian konselor terpusatkan pada tujuh faktor dalam pola
kehidupan konseli, yaitu perilaku nyata, alam perasaan, proses persepsi melalui
alat indera, konsep diri dalam berbagai aspeknya, keyakinan dan nilai-nilai
dasar sebagai [pegangan dalam menentukan sikap, hubungan pribadi dengan orang
yang dekat, dan keadaan fisik seta kesehatan rohani.
Model-model
Bimbingan
Terdapat beberapa model bimbingan yang berkembang mulai periode
awal samapai priode sekarang. Model bimbingan ini sangat dipengaruhi oleh
pandangan para ahli bingbingan terhadap individu yang dibingbing,konselor
peroses,metode dan hasil bingbingan yang diharapkan. Disamping itu model ini
juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi . kita perlu
memahami model-model bimbingan ini agar kita memahami secara utuh perkembangan
model bimbingan mulai dari awal sampai sekarang.
a.model
Bimbingan Periode Awal
1.model Personian
Model bimbingan
ini merupakan buah pikiran atau gagasan dari “Founding of Guidance.” Yaitu
Frank parson. Model ini berupaya menjodohkan ( matching) karakteristik
(kemampuan,minat,dan temperamaen ) individu dengan syarat-syarat yang dituntut
suatu pekerjaan (okupasi). Dia meyakini bahwa jika indiidu bekerja dalam suatu
pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, maka yang diuntungkan
bukan hanya individu itu sendiri,tetapi juga masyarakat atau perusahaan
(lembaga) yang memperkerjakaan individu itu sendiri.
Berdasaarkan
pengamatan parson terhadap para pemuda-pemudi di Biro Pekerjaan (Vocational
Bureau) yang dia dirikan menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan bantuaan
yang sistematik dari seseorang yang berpengalaman dan punya ke ahlian ,yaitu
konselor dalam memilih pekerjaan .Dia berfikir bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dala mmemilih satu pekerjaan. Ketiga faktor itu
adalah sebagai berikut.
a). Man Analysis. Dalam hal ini konselor bersama
klien(konselee) bersama-sama menganalisis kapabilitas,minat,dan tempat ramen
klien.
b).job Analysis . Klien atau individu menelaah,
mengkaji peluang , perssyaratan,dan prospek pekerjaan dari berbagai lini
pekerjaan.
c).joint and Cooperative Comparison of These Two Sets
of Analysis. Konselor bersama kelien memandukan atau menjodohkan keduanya
data hasil analisis di atas.
teori
parson ini telah memberikan konstribusi yang sangat berarti kepada perkembangan
bimbingan,terutama menyangkut ketiga aspek berikut ini.
(a).
Kegiatan analisis sebelum memilih pekerjaan mengilhami pengetahuan tes
pisikologi untuk mendiagnosis karakteristik individu atau memfasilitasi
terselenggaranya kegiataan “man analysis.”
(b).
Bimbingan dipandang sebagai satu program yang membantu individu sebelum masuk
ke dunia kerja.
(c).
bimbingan model person memfokuskan pada aspek vokasional.
2. Bimbingan Identik dengan Pendidikan
Yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan
pendidikan adalah Brewer, yaitu melalui bukunya “Education as Guidance” Yang
dipublikasikan pada tahun 1932. Dia menyelesaikan setudinya di Uniersitas
Harvard,kemudian menjadi pimpinan eksekutif Komite Biro Vokasional Parson di Boston .pada tahun
1916-1917 dia mengajar di Hervard, kemudian pada tahun 1918 Pergi ke Los Angeles dan menejer di Uniiversitas
California ,pada mata kuliah bimbingan jabatan dan pendidikan jabatan. Pada
tahun 1919 dia kembali ke Harverd untuk mengajar dan menjadi direktur “Bereau of Vocational Guaidance.” Dia
mengorganisasikan kursus kursus reguler untuk mempersiapakan konselor.
Brewer berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan
para siswa (peserta didik) agar mamapu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan
yang bermakakna,melalui pengetahuan dan kebijakan . Dia meyakini bahwa sekolah
bertanggung jawab untuk membimbing para siswa . istilah bimbingan dan
pendidikan sering digunakan secara bergantian oleh Berwer . Dia mengemukakan
beberapa kriteria bmbingan sebagai berikut :
a.
Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah,menyelesaikan suatu tugas
atau meraih tujuan.
b.
Seseorang dibimbing biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya.
c.
Bimbingan bersifat simpatik ,bersahabat dan pemahaman.
d.
Pembimbing harus memilih pengalaman,pengetahuan,dan kebijakan.
e.
Metode bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada individu untuk
memperoleh pengalaman dan wawasan baru.
f.
Individu yang dibimbing secara progresif menerima bimbingan dan mengambil keputusan
sendiri.
g.
Bimbingan memberikan bantuan kepada individu agar dapat membimbing dari
sendiri secara lebih baik.
b.Model
Bimbingan priode berikutnya
1.bimbingan sebagai Distibusi dan penyesuaian
Pada pertengahan tahun 1920-an, William M .procter mengemukakan
bahwa Sekolah Menengah Atas di Amerika sangat memerlukan program bimbingan .
Dia berpendapat bahwa bimbingan merupakan kekuatan mediasi ( mediating force
) yang membantu para siswa untuk megatasi masalah-masalah , baik di sekolah
maupun dalam kehidupan pada umumnya. Dia meyakini bahwa para siswa membutuhkan bantuan dalam dalam
memilih bidang studi ,kegiatan ekstakurikulur, pendidikan lanjut dan
sekolah-sekolah kejuruan sesuai dengan minat dan tujuanya.selanjutnya Proctor
mengemukakan bahwa fungsi bimbingan sangat berkaitan proses distibusi dan
penyesuaian (adjustment) bagi para siswa.
Pada tahun 1930-an, koos dan Kaufauer memperkuat pendapat
Proctor, yaitu bahwa bimbingan berfungsi distributif dan penyesuaian. Kefauver
menekankan bahwa bimbingan harus melakukan dua fungsi pokok yaitu sebagai
berikut.
a).
Distibusi. Dalam hal ini konselor berupaya untuk membantu siswa dalam memforumulasikan
tujuan-tujuannya, baik menyangkut aspek pekerjaan, sosial, pribadi rekreasi dan
yang lainya. Dalam proses bantuan ini , siswa diharapkan memiliki pemahaman
tentang dirinya dengan lingkunganya. Dalam fungsi distribusu ini, siswa dibantu
untuk menemukaan peluang-peluang dalam bidang pendidikan dan pekerjaan.
b).
Penyesuaian. Dalam hal ini konselor membantu siswa agar dapat
menyesuaikan diri, ketika dia tidak mampu memadukan atau mengintegrasikan
pengetahuan tentang dirinya dan lingkungannya yang terkait dengan tujuan yang
ingin dicapainya.
Bimbingan
yang berfungsi distibutif dan penyesuaian ini bertujuan sebagai berikut.
1.Membantu
siswa agar memperoleh tingat efisiensi dan kepuasan yang tinggi dalam melakukan
berbagai aktivitadnya sesuai dengan yang diharapkan.
2.Membantu
siswa untuk memilih kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang memberikan
konstibusi bagi kebahagian dirinya juga orang lain.
3.Membantu
siswa agar dapat merumuskan perencanaan dan tujuan yang ingin dcapainya.
4.Membantu
siswa untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam merumuskan perencanaan, probabilitas keberhasilan dan
kepuasaan dalam berbagai jenis kegiatan baik didalam maupun luar sekola,
kemampuan dan minat pribadi , berbagai
kegiatan yang akan dipilih , program sekolah dan peluang-peluang latihan atau
kursus-kursus.
2). Bimbingan sebagai proses klinis
Bimbingan
sebagai proses klinis pertama kali diperkenalkan oleh M.S. Viteles, Donald G.
Paterson dan E.G Wiliamson . model bimbingan ini ditandai dengan ciri-ciri (1)
sebagai proses terhadap metode tiruan yang sering dianggap sebagai bimbingan,
(2) berupa mengembangkan teknik-teknik untuk menganalisis individu secara
komprehensif, (3) menekankan peranan konselor yang terlatih secara profesional
yang bertugas untuk membantu siswa yang memiliki masalah kesulitan penyesuaian
diri dan, (4) mengikuti prosedur yang teratur tetap tidak mekanis yaitu
analisis ,sintesis, diagonis, prognosis, konseling, dan tidak lanjut.
Bimbingan
sebagai suatu proses klinis menekankan kepada penggunaan tes pisikologi, teknik
klinis, dan studi diagonistis analitik, sehingga konselor dapat memahami
keliennya secara lebih baik, dan dapat menentukan masalah-masalah secara lebih
cepat dan akurat, serta memberikan treatment yang lebih cepat juga . para
konselor tidak menaruh perhatian terhadap pengambilan keputusan bagi kelien memperoleh
wawasan atau pemahaman tentang faktor penebab masalah yang dihadapinya dan
memilih alternatif tingkah laku yang tepat.
Model
bimbingan klinis ini pendekatannya bersifat direktif yang hasilnya sering
efesien dan ekonomis , sehingga konselor dapat bekerja dengan lebih banyak
klien. Di samping ini pendekatannya bersifat ilmiah dalam memecahkan masalah
yang di alaami klien dan menggunakan metode yang objektif dalam mengumpulkan
data klien.
3). Bimbingan sebagai pengambilan
keputuan
Dua
orang ahli yaitu jones dan Myer adalah
yang pertama kali mempersepsikan bimbingan sebagai pengambilan
keputusan. Kedua orang ahli ini berpendapat bahwa situasi bimbingan itu eksis
hanya ketika siswa membutuhkanbantuan dalam membuah pilihan dan penyesuaian
diri, pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan untuk pengaruh diri (self-direction).
Myer mengemukakan bahwa bimbingan
merupakan pengambilan keputusan yang melibatkan dua hal yaitu (1). Keragaman
kemampuan individu dan (2). Keragaman arternatif pilihan Menurut Myer, bidang
bimbingan yang utama adalah bimbingan pendidikan dan jabatan ( pekerjaan ).
Bidang bimbingan lainnya adalah bimbingan rekreasi, bimbingan sosial dan
bimbingan kesehatan.
Katz mendefinisikan bimbingan
sebagai interesi profesional terhadap individu agar dapat melakukan
pilihan-pilihan dalam bidang pendidikan atau pekerjaan. Menurut dia kemampuan mengambil
keputusan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-kultural dan nilai-nilai.
Pengambilan keputusan itu terjadi ketika seorang (1) tidak mengetahui informasi
yang dia perlukan, (2) tidak memiliki informasi yang di inginkan dan (3) tidak
dapat memnggunakan informasi yang dimiliki.
Model bimbingan ini berasumsi bahwa ( 1 ) keragamaan antara individucukup berarti
, baik dalam aspek abilitas maupun interes dan ( 2 ) permasaalahan tidak dapat
diselesaikan dengan sukses oleh para pemuda ( remaja ) tanpa bantuan dari orang
lain yang profesional.
Model bimbingan ini sangat
berkontribusi terhadap pengembangan sikap demokratis para siswa, karena mereka
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
4)
bimbingan sebagai sistem Eklektik
Kata
“ elektic “ berarti menyeleksi atau memilih doktrin, atau metode yang tepat
dari berbagai sumber teori atau sistem. Bimbingan sebbagai sistem eklektk tidak
dapat di identifikasi dengan satu teori tunggal, tetapi merupakan representasi
dari pendapat satu teori tunggal,tetapi merupakan representasi dari pendapat
atau teori stang, tlexler, Ereksion, Darly, Torne dan yang lainnya. Steang
merupakan salah seorang ahli bimbingan elektik, yang sejak tahun 1932 telah
banyak mempublikasikan pendapat-pendapatnya.
Stang
berpendapat bahwa bimbingan sebagai upaya yang positif, dan meyakini bahwa pengalamanan
sekolah harus di seleksi dan harus di padukan kedalam pengalaman hidup siswa
secara keseluruhan. Menurut dia yang menjadi inti layanan bimbingan adalah (1)
mengetahui individu, (2) mengetahui peluan-peluang pendidik, dan (3) membantu individu untuk
melakukan pilihan melalui bimbingan kelompok atau konseling.
Metode
bimbingan ekletik memiliki beberapa asumsi dasar yaitu: (1) individu merupakan
bantuan profesional secara priodik dalam rangka memahami diri dan situasi serta
memecahkan masalahnya dan , (2) individu memiliki kemampuan untuk belajar dan
membuat perencanaan dan (3) pemberian layanan yang berorientasi kepada teori
tunggal memiliki keterbatasan dalam prosuder, teknik, atau pandangan
dibandingkan dengan yang bersumber kepada beberapa teori.
Model bimbingan ini merupakan kompromi dari beberapa
teori dalam upaya mereduksi polarisasi dua kutub pelayanaan yang pendekatannya
sangat berbeda yaitu kutub konseling direksi dari Williamson dan kutub
konseling non-direktif dari Regers.
C.Model
Bimbingan Kontemporer
1.
bimbingan sebagai Kontemporer
Hoyt mengenalkan model ini pada tahun 1962. Dia
mengaritkan bimbingan sebagai bagian dari layanaan pribadi siswa yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi individu melalui perluasaan pelayanaaan sekolah bagi
para siswa yang terkait dengan masalah-masalah pribadi, pilihan, dan
pengambilan keputusan yang kesemuannya itu di arahkan kepada pencapaian
kematangan.
Dia mengemukakan bahwa (1) program bimbingan bukan hanya
tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung jawab bersama semua personel sekolah (2)
konselor merupakan figur kunci yang bertanggung jawab terhadap perogram
bimbingan (3) pekerjaan konselor yang lebih utama adalah menjalin kerjasama
dengan para guru dari pada dengan psikologi, pekerja sosial, atau yang
sejenisnnya.
Hoyt meyakini bahwa tujuan layanan konseling akan
tercapai dengan sukses apabila diintegresikan dengan tujuan sekolah.
Berdasarkan alasan ini, konselor harus memiliki komitmen karirnya dalam
pendidikan, memandang dirinya sebagai pendidik dari dari pada seorang
profesional yang bekerja dengan para pendidik . lebih jauh dia berpendapat
bahwa konselor harus memiliki sertifikasi mengajar sebagai hal ini (1)
memperjelas komitmennya kepada pendidik dan (2) akan diterima oleh para guru dan
administrator.
Menurut hoyt, konselor memiliki tiga aktifitas utama
yaitu : (1) memberikan layanaan secara langsung kepada siswa ,(2) berkontribusi
kepada semua aktivitas dalam penyelenggaraan bimbngan, dan (3) mempelajari dan
menafsirkan data siswa . selanjutnya dia mengemukakan tentang tugas-tugas
konselor, yaitu (1) mengumpulkan data siswa dalam rangka memahami karakteristik
pribadinnya, (2) memberikan layanan informasi tentang pendidikan dan jabatan,
(3) memberikan layanan konseling (4) melakukan referal ke pihak lain ,
(5)memberikan layanan bimbingan kelompok, (6) melakukan penelitian tentang
kebutuhan dan masalah siswa, serta berbagai peluang yang mungkin dapat di
peroleh siswa.
Hoyt berpndapat bahwa fungsi konselor dalam hubungannya
dengan para guru dan sepelialis adalah (1) konselor sebagai konsultan bagi
dalam hal memberikan penjelasaan tentang data siswa, mendorong guru agar mau bekerja
secara langsung dengan siswa dan ,(2) merefral para siswa kepada para
spesialis. Pendapat yang lain bahwa kepala sekolah dipandang sebagai seorang
yang sangat bertanggung jawab secara langsung terhadap terselenggaraya program
bimbingan.
Model kontelasi ini biasanya eksis di sekolah untuk
mendukung pekerjaan para guru. Program bimbingan dibutuhkan karena siswa mengalami
kesulitan belajar. Oleh karena itu para siswa perlu di berikan pengajaran
remedial, agar mereka berhasil dalam pelajaranya. Pandangan ini menanggap guru
sebagai seorang profesional utama di sekolah, sementara layanan bimbingan hanya
sebagai pelengkap, dan konselor di pandang sebagai tenaga teknis.
2)
Bimbingan Perkembangan
Konsep
bimbingan sebagai suatu proses perkembangan menekankan pemberian bantuannya
kepada semua siswa dan meliputi semua bidang bimbingan : vokasional,
pendidikan, personal, dan sosial kepada semua tahap atau rentang kehidupan. Para ahli yang dipandang
sebagai pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L Chapman yang menyusun
buku Dvelomental Approach ; dan R obert Mathewson yang menyusun buku Guidance
Policy and Practice.
Bimbingan
dan Konseling perkembangan merupakan pandangan mutakhir yang bertitik tolak
dari asumsi yang positif tentang potensi manusia ,Berdasarkan asumsi ini
bimbingan dan konseling di pandang sebagai suatu proses perkembangan yang
menekankan kepada upaya membantu semua peserta didik atau individu dalam semua
fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan,
pribadi dan sosial.
Mathewon
memandang bahwa pendekatan pengembangan mengindetfikasi dan menekankan
layanaannya kepada bidang vokasional, pendidikan, dan pribadi. Perhatia nutama
pendekatan ini adalah pekembangan yang positif semua aspek perkembangan siswa,
adalah perkembangan yang fositf semua aspek perkembangan sisawa yang dalam
menyelenggarakan melibatkan kerja bersama semua pihak : konselor ,guru , dan
adminstator (kepala sekolah dan staf).
Mathewon
mencatat empat hal yang terkai dengan mengapa individu membutuhkanuntuhkan
bimbingan yaitu sebagai berikut :
a).
Kebutuhan individu untuk menilai dan memahami diri.
b).
Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
c).
kebutuhan untuk memiliki orientasi atau wawasan tentang berbagai kondisi yang
terjadi pada masa sekarang dan yang akan datang.
d).
Kebutuhan untuk mengembangkan potensi pribadi.
Perbedaan antara bimbingan
perkembangan dengan penyesuaian adalah bahwa bimbingan peyesuaian menekankan
layananya kepada maslah individu, sementara yang yang pengembangan menekankan
kepada upaya mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri , yang di fokuskan
kepada pengembangan fungsi ego dan self-concept. Layanan bimbingan pengembangan
bersifat interpretatifbukan deterministik.
Bimbingan penembangan didasarkan
kepada landasan filosofi, individualitas. Landasan-landasan itu dijelaskan
sebagai berikut.
(a).
Landasan filosofis.
Bimbingan
diarahkan kepadaa pencapaian perkembangan pribadi yang adekuat dan efektif
melalui pemahaman diri dan lingkungan ,pemahaman tentang hubungan antara diri
dengan lingkungan dan pemahaman nilai-nilai pribadi dan sosial. Bimbingan ini
merupakan proses layanan yang konfrensif yang
berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat)dan melibatkan
semua pihak.
(b).
Landasan Indiidualitas
Bimbingan
pengembangan menekankan kepada (1)kekuatan individu untuk merancang beraksi ,(
berperilaku) dan menilai hubungan antara dirinya dan lingkungannya (2)
pengembangan potensi diri (3) cara individu dalam menafsirkan lingkungan atau
situasi yang terkait dengan kebutuhan, minat dan nilai-nilai serta dampaknya
terhadap penampilan dirinya. Melalui proses bimbingan bimbingan individu
berlatih untuk mengembangkan potensi dirinya dan membangun pemahaman yang lebih
matang tentang dirinya dan peluang-peluang yang menunjukannya.
(c).
landasan Organisatoris
Keberhasilan
perogram bimbingan bergantung kepada kerjasama antara pihak kepada sekolah,
konselor, guru-guru dan prsonel sekolah lainnya. Masing-masing mereka di
harapkan memiliki pemahaman tentang siswa. Proses bimbingan berlangsung dari
mulai masa kanak-kanak samapi dewasa ,
yang pendekatannya bersifat komprehensif.
Berdasarkan
paparan di atas dapat di simpulkan, bahwa bimbingan dengan pendekatan
perkembangan di dasarkan kepada premis-premis (1) semua individu membutuhkan
bimbnigan dalam semua rentang dalam kehidupannya, (2) proses bersifat
komprensif. (3) tujuan bimbingan diarahkan kepada pengembangan ke mampuannya
atau potensi individunya, sehingga dia mampu mengembangkannya sendiri secara
bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun lainnya( masyarakat).
Model
bimbingan ini berbedac dengan bimbingan tradisional. Dalam hal ini Lynn Bullard
(1993) .menjelaskan perbedaannya itu
sebagai berikut.
TABEL 1.1
Perbedaan antara bimbingan tradisional dan bimbingan
perkembangan
Bimbingan Tradisional
|
Bimbingan perkembangan (komprensif)
|
1. Bersifat reaktif
2. konseling menggunakan
pendekatan kerisis.
3. Hanya melakukan bimbingan
atau konseling individual
4. Tidak semua siswa mendafatkan
layanan.
5. Menekankan layanan informasi,
dan berorientasi kepada tugas administratif.
6. Programnya tidak setruktur
dan tidak dapat di ukir.
7. Hanya dilakukan ileh konselor
sendiri.
|
1. Terencana dan didasarkan
kepada priorintas
2. Konseling menggunakan
pendekatan preventif dan krisis
3. Melaksanakan konseling dan
bimbingan kelompok
4. Semua siswa memndapatkan
layanan.
5. Menekankan program dasar dan
berorientasi kepada pencapai tujuannya.
6. Program struktur , diealuasi,
dikembangkan berdasarkan hasil ealuasi.
7. Dilakukan teamwork.
|
3).bimbingan
sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang bertujuan.
Bimbingan
sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang bertujuan (the science of purposeful action )telah
dianjurkan sejak tahun 1963 tiedeman dan field.
Mereka meyakin bahwa praktek bimbingan yang terjadi merefleksikan
keinginan-keinginan untuk membuat pengajaran lebih efektif tanpa membatasi
pengaruh dari guru. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan yang menempatkan
guru dalam posisi superior, sementara konselor berada posisi perlengkapan.
Implikasinya adalah konselor di pandang sebagai pendidik bukan di dalam
pendidik, serta pencapaian aplikasi bimbingan secara penuh dan efektif
mengalami jalan buntu.
Tiedman
dan field mengemukakan,ada tiga upaya menjadikan menjadi bimbingan sebagai
pekerjaan profesional yaitu sebagai berikut :
a).
Lahirnya organisasi profesional-profesional seperti the Amarican Prsonnel
ang Gidencn Assocication. Dan the American Psychogisical Associcion.
b).
Pengaruh dukungan keuangan dan hukum seperti dukungan dari “ national defense
education act” pada tahun 1958.
c).
dukungan para teroris seperti Mathewson, Sonald Super dan Wrenn.
4)
Bimbingan sebagai Rekonstruksi Sosial
Model
bimbingan ini dikembangan pada tahun 1962 oleh Edward J Shoben. Dia berpendapat bahwa konselor adalah
leder dalam merekonsturkan sosial di sekolah seperti dalam pengelompokan siswa
dan memberikan konstribusi dalam pengembangan kurikulum yang mendorong
terciptanya kehidupan terpuji.
Tugas
utama bimbingan ini menbantu siswa dalam mengembangkan potensinya dan menemukan
cara-cara mengepresikan dirinya sesuai dengan norma masyarakatnya. Bimbingan
harus di rancang secara sirematis dan mendorong siswa untuk menelaah
nilai-nilai dan untuk menjalani kehidupan yang terpuji.
5)
bimbingan sebagai pengembangan pribadi
Model
ini dikembangkan olehb Chris D. Pada akhir tahun 1960-an. Model ini merupakan
tahap awal dalam membangun kerangka kerja konseling di sekolah. Perhatian utama
model ini adalah perkembangan individu dari pendidikan.
Kehas
mengemukakan beberapa asumsi dasar tentang pendidikan yaitu bahwa (1)
bpendidikan adalah ,mengajar, (2) yang menjadi perhatian utama dalam pendidikan
adalah proses belajar mengajar (teacing-learning-situation), (3) hubungan yang
utama adalah guru dengan siswa dan (4)
hanya ada satu tipe pendidikan yaitu guru.
Pada
perkembangan beriktnya, khhas melakukan redefinisi tentang pendidikan yaitu :
bahwa pendidkan sebagai proses yang melibatkan belajar (invoement with
learning). Dalam hal ini guru bertugas membawa siswa kedalam suasana hubungan
akademik yang baik , melalui pengembangan pengetahuan tentang di siplin
akademik guru. Siswa dibantu untuk merumuskan tujuan dan makan kehidupannya.
Kehas
berpendapat bahwa teaching and conseling merupakan dua pendekatan yang
berhubungan dengan siswa, yang bersifat komplementer dan kolaboratf. Dua pendekatan
ini sama-sama penting dalam rangka mencapai tujuan pendidik.
6)
konseling Keterampilan Hidup (life skills counseing)
konseling
Keterampilan Hidup (life skills counseing) diebut juga life kills
helping (LSH) merupakan model yang interakif untuk membantu kelien agar
mengembangkan keterampilan membantu dirinya sendiri (self-helping).
Kata
“skill” berkenalan dengan wilayah (areas) keterampilan seperti keterampilan
vmendengarkan dan disklosur
Terimakasih atas informasinya.
BalasHapusalifqofrahamzah.blogspot.co.id