lirik lagu

Minggu, 28 Desember 2014

TUGAS BAHASA ARAB




TUGAS INDIVIDU TERSTRUKTUR
BAHASA ARAB
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Isro, M.Ag.



Disusun Oleh :
Nama                           :           Mentari Nur Hanifah
NIM                            :           40213161
Prodi / Sem.                :           PGSD 4/ 1



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
ISLAM BUMIAYU
2013


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Untuk dapat membaca Al Qur’an dengan lancar banyak metode yang diciptakan salah satunya Metode Qiroati Semarang.Umat muslim terbagi menjadi beberapa generasi ,dan generasi anak-anak hingga dewasa .Untuk mengajarkan bacaan Al Qura’an diperlukaan metode yang  sesuai,sesuai dengan kemampuan ,sesuai dengan usia agar mudah di pahami.
Metode-metode yang di perlukan saat ini adalah metode yang sesuai dengan usia , misalnya untuk anak-anak di perlukan pembelajaran level dasar ,atau mengenal huruf hijaiyah ,pada tahap awal  mempelajari membaca Al Quran .untuk tingkatan ke dua levelnya ajarkan lebih tinggi  dari level dasar .Tentunya melanjutkan ke level bentuknya harus sudah menguasai level sebelumnya atau level dasar dan seterusnya hingga level yang paling tinggi setelah menguasaai level sebelumnya.
Untuk itulah mempelajari metode Qiroati semarang adalah Metode yang sesuai untuk itu makalah ini akan membahas sejarah dan asal usul qiraati Metode dan cara pembelajaraannya.
B.Rumusan Masalah
1.apakah yang di maksud Qiraat  dasar hukum dan tujuan imamnya?
2.pencipta dan penemu metode qiroati dan timbulnya qiroati ?
3.Macam cara / Metode pembelajaran qiroati semarang?
4.langkah-langkah penerapan metode  qiroati semarang?
5.seterategi mengajar secara umum dan khusus?
C.Tujuan
1.mengetahui qiraat hukum dan imamnya.
2.Mengetahui sejarah qiroati semarang.
3.mengetahui cara mempelajari qiroati semarang.
4.mengetahui langkah-langkah penerapan metode qiroati semarang.
5.mengetahu setrategi mengajar umum dan khusus.



BAB II
PEMBAHASAAN
A.Definisi Qiraat
      Qiraat adalah kata masdar dari  qaraa yang berarti bacaan. Jadi yang dimaksud ilmu qraat adalah ilmu yang mempelajari tentang bacaan al-Qura’an. Dan yang dimaksud dengan bacaan dalam ilmu ini terutama menyangkut bentuk-bentuk pengucapan.
      Sebagaimana telah disinggung bahwa atas kemurahan dari Allah SWT, al-Qura’an boleh dibaca dengan berbagai bentuk agar semudah qabilah Arab saat itu dapat membaca ayat-ayat al-Qura’an dengan mudah.
      Untuk mengetahui ilmu qiraat ini dengan baik dan sempurna tentu harus dipelajari secra tersendiri karna ia telah menjadi salah satu cabang dari ilmu al-Qura’an. Tetapi oleh karna qiraat erat sekali hububungannya dengan ilmu tajwid bahkan merupkan bagian yang tak terlepaskan maka sebagai sarana untuk mempermudah disini akan disinggung seccara garis besarnya saja.
1.      Dasar  Hukum  Qiraat
Hadis-hadis Rasulullah SAW yang dapat dijadikan landasan hukum tentang qiraat  ini cukup banyak .Salah satu diantaranya adalah kejadian yang dialami oleh sahabat umar Umar bin Khattab yang diceritakanya sendiri dan para periawayat hadis sebagai berikutnya :
“Berkatalah Imam Bukhari ;Urwah bin Zubair telah menceritakan kepadaku bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin Abdul Qari  telah bercerita kepadanya bahwa  mereka pernah mendengar Umar berkata ; pada suatu hari di masa hidup RasulullahSAW aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan dan aku perhatikan bacaan-nya . ternyata dia membaca dengan huruf yang banyak ,belum pernah Rosul membacanya kepadaku. Hampir saja aku menerkamnya dalam keadaan sembayang itu tapi aku bersabar hingga aku salam. Kemudian kupegang leher bajunya serta bertanya darimana ia memperoleh bacaan seperti itu. Hisam menjawab bahwa Rasul yang membacakanya lepadaku tidak seperti itu . Kemudian kuajak ia menghadap Rasul dan kuceritakaan kejadian itu.Rasul kemudian meminta agar Hisyam mengulanggi bacaannya dan setelah selesai , Rasal mengatakan demikianlah Al Qur’an diturunkan . Rasulpun memnta aku membaca dan setelah selesai Rasulpun mengatakan begitulah ia diturunkan . Kemudian Rasulpun berkata sesungguhnya al Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf maka bacalah mana yang mudah .
“sesungguhnya Rasullulah SAW telah berkara ; jibril telah membaca al Qur’an kepadaku dengan satu huruf , aku mengulanginya dan senantiasa aku minta tambah dan ia memperkenalkan hingga sampai pada tujuan huruf”
“ ibnu jabir berkata telah disampaikan kepadaku oleh Abu Kuraib dari muhammad bin Fudail dari Ismail bin Abi Khalid dari Abdullah bin Isa bin Abd. Rahman bin Abi Laila dari bapanya  dari kakenya dari Ubai bin Ka’ab berkata Rasullulah SAW ; Allah SWT memerintahkan aku untuk membaca al Quran dengan satu huruf . Aku meminta keringanan lagi dan akhirnya Allah SWT memerintahkan agar al-Qur’an di baca dengan tujh huruf sesuai dengan tujuan pintu surga. Semuanya mudah dan cukup sempurna”.
Dengan adanya nas-nas dari hadist Rasulullah SAW ulama sepekan bahwa al-Qur’an boleh dibaca dengan beberapa bentuk .Bahwa ada hadis dengan jelas menuju tujuh huruf.
2.      Pengertian tujuh huruf
Adapun apa yang dimaksud dengan tujuh huruf sebagai mana ditunjuk oleh hadis, para ulama tidak menemukan kata sepakat .Adapun yang mengatakan tujuh bahasa ada pula yang berpendapat maksudnya adalah tujuh bentuk perbedaan dan sebagaainya. Imam Suyuti menyatakan perbedaan pendapat tentang maksud tujuh huruf itu tidak kurang mencapai 40 pendapat . Untu mengetahui masing-masing  pendapat itu dapat dilihat dalam ilmu qiraat. Terlepas dari perbedaan pengertian tersebut yang jelas dengan adanya kelonggaraan bacaan semua suku dan lidah bangsa Arab dapat membaca al-Qura’an dengan baik.
3 Tingkatan Qiraat
Demi untuk memelihara kemurnian dan keaslian al-Qur’an maka setiap yang dikatakan al-Qur’an riwayatnya harus diuji melalui rangkaian sanadnya. Para ahli qiraat telah melakukan penelitian yang mendalam yang menghasilkan tingkat qiraat sebagai berikur :
  1. Mutawaatir
Qiraat yang mutawaatir adalah  setiap bacaan yang di sampaikan oleh sekelompok perawi yang jumblahnya tidak memungkinkan mereka untuk sepakat berbohong  sejak angkatan pertama hingga Rasulullah SAW . Qiraat dengan nilai mutawaatir ini disepakati sebagai bacaan yang sah dan resmi bagi al-Qur’an .
  1. Masyhur
Qiraat yang berstatus masyhur adalah yang sah sanadnya, tidak bertentangan dengan  kaedah  tata bahasa maupun khat Usmani , ia populer dikalangan ahli qiraat hanya saja nilainya dibawah yang mutawaatir karena perawinya tidak sebanyak dalam ingkat mutawaatir.
  1. Ahaad
Qiraat ahaad adalah setiap bacaan yang sah sanadnya tapi banyak menyalahi tata bahasa Khat Usmani .Qiraat ini tidak populer ,hanya orang-orang yang telah bener-benar mendalami lmu  qiraat yang dapat mengetahuinya.




  1. Syaadz
Qiraat syaz setiap yang tidak sah sanadnya dan menyalahi tata bahasa atau Khat Usman .Qiraat ini sangat jarang yang menguasainya dan setatusnya hanya sebagai ilmu pengetahuan tidak sebagai pegangan
  1. Maudhuu’
Maudhuu’ artinya palsu, maksudnya setiap bacaan yang jelas merupakan kata tambahan dari Khat Usmanni .Tambahan tersebut biasanya merupakan penjelasaan makana atau tafsir dari kata sebelumnya.Sepakat ahli qiraat bahwa bacaan tersebut bukan al-Qura’an .
            4.Qiraat Tujuan dan Imamnya
Pada permulaan abad ketiga hijriyah ulama qiraat mulai mengumpulkan dan meneliti bacaan al-Qura’an .Setelah melalui proses tersebut terdapatlah tujuh bacaan yang memenuhi syarat mutawaatir .Dengan demikian tujuh bacaan ini disepakati sebagai bacaan yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ketujuh bacaan itu dipopulerkan oleh tujuh orang imam (ahli qiraat ) ditempatnya masing-masing. Untuk mempermudah ingataan sekaligus sebagai penghormataan kepada mereka yang telah bersusah payah menggali bacaan tersebut nama mereka diabaikan pada qiraat yang diriwayatkannya seperti qiraat Ibnu Amir, qiraat’Ashim dan sebagainya.
Perlu dicatat bahwa qiraat tujuan sebagai penetahuan dari tujuh huruf sebagaimana yang tercantum dalam hadis. Tujuan hurupf di dalam bunyi hadis maksudnya cara membaca al-Qura’an sedangkan tujuan qiraat adalah bacaan yang memiliki nilai mutawaatir .Hanya suatu kebetulan keduanya bersama dalam angka tujuh.
Tujuan orang Imam Qiraat yang namanya diabaikan dalam sistem bacaannya adalah sebagai berikut :
Ø  Abdullah bin Amir yang terkenal dengan penggilan ibnu  Amir , wakaf di Damascus pada tahun 118 H . Dua orang muridnya yang masyhur adalah Ibnu Zakwan dan Hisyam.
Ø  Abdullah bin Katsir yang populer dengan sebutan Ibnu Katsir, wafat di kota Makkah pada tahun 120 H Dua orang rawinya yang terkenal adalah Qumbul dan al-Bazz.
Ø  ‘Ashim bin Abi Nujuud , wafat di kota Kufah tahun 127 H.Dua orang rawinya masing-masing Syu’ban atau Abu Bakar dan Hafs bin Sulaiman. Qiraat imam Hafs inilah yang paling banyak  dipakai terutama di Indonesia.
Ø  Abu Amr bin ‘Alla’, wafat di kota Kufah tahun 154 H Dua orang yang jadi rawinya yang mengembangkan bacaan  adalah ad-Duuri dan as-Suusi.
Ø  Hamzah bin Hubaib , wafat di Halwan tahun 156 H. Dua orang yang jadi rawinya adalah Khallaf bin Hisyam dan Khallad bin Khallid.
Ø  Nafi ‘ bin Abd. Rahman bin Abi Nu’aim al-Laytsi . Lahir di Isfahan dan wafat di kota Madinah dan perwarinya yang terkenal adalah Qaaluun dan Warsy.
Ø  Ali bin Hamzah al-Kisai ., wafat di satu tempat dekat Khurasan pada tahun 189 H. Dua orang  yang menjadi periwayat bacaannya adalah adalah Hafs bin Umar (ad-Duri)dan al-Laytsi bin Khalid dikenal dikenal juga dengan panggilan Abu I-Hars.
2. Pencipta dan penemu metode qiroati
Metode ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi, semarang. Terbitan pertama pada tanggal 1 Juli 1986 sebanyak 8 jilid. Setelah dilakukan revisi dan ditambah materi yang cocok. Dalam praktek pengajaran, materi qiroati ini dibeda-bedakan, khusus untuk anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun) dan untuk remaja dan orang dewasa. Metode qiraati adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam pengajarannya metode qiroati, guru tidak perlu memberi tuntunan membaca, namun langsung saja dengan bacaan pendek. Adapun tujuan pembelajaran qira’ati ini adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2. Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.
3. Memberi peringatan kembali kepada guru ngaji agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.
*      Sedangkan target operasionalnya adalah sebagai berikut:
Ø  Dapat membaca Al-Qur’an dengan tarti meliputi:  Makhroj dan sifat huruf sebaik mungkin.
Ø  Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid.
Ø  Mengenal bacaan ghorib dalam praktek.
Ø  Mengerti sholat, dalam arti bacaan dalam praktek sholat.
Ø  Hafal beberapa hadist dan surat pendek.
Ø  Hafal beberapa do’a.
Ø  Dapat menulis huruf Arab.



 Timbulnya Qiro’ati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’ dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis. Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anakanak dalam belajar membaca Al-Qur’an. Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan, karena tidak ada bukti keberhasilanya.  Di samping itu juga ada suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya dipandang sebelah mata.
Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ). Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan diuji coba sejak tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahfal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak 20 yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau. Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat hinayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis bukan teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya.  Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-Qur’an Anak-anak “Mambaul Hisan” di Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya, dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an mereka kurang tartil. Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang. Setelah berjalan kurag lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak.Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 22 juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib. Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
3.Metode pembelajaran qiraati
Adapun prinsip pembelajarannya di bagi dua yaitu yang dipegang oleh  guru dan yang dipegang oleh santri. Prinsip yang dipengang guru adalah Ti-Wa-Gas (teliti, waspada, dan Tegas). Teliti adalah dalam menyampaikan semua materi pelajara  Waspada adalah terhadap bacaan santri yakni, bisa mengkoodinasikan antara mata,  telinga, lisan dan hati.Tegas adalah disiplin dan bijaksana terhadap kemampuan santri.
Sedangkan yang dipegang santri adalah menggunakan sistem cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lancar, cepat, tepat, dan benar (LCTB) ( Nur Shodiq Achrom, 1996:18)
·    CBSA+M : Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tentang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, monivator dan evaluator saja.
·         Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.
·                 LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang.
Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja.
Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan an dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya.
v  Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
Dalam metode ini dikenal beberapa bentuk dalam pelaksanaannya, yaitu:
1.Sorogan, individual atau privat. Dalam bentuk ini santri bergiliran satu persatu untuk mendapatkan pelajaran membaca dari ustadz. (berdasarkan kemampuan siswa yang ada yang 2,3 atau 4 halaman).
2.Klasikal- individual Sebagian waktu dipergunakan untuk menerangkan pokok pelajaran, sekedar satu atau dua halaman dan seterusnya. Sedangkan membacanya sangat ditekankan, kemudian di nilai prestasinya pada lembar data.
3.Klasikal baca simak.Dalam bentuk ini guru menerangkan bentuk pelajaran (klasikal) kemudian siswa di tes satu persatu dan di simak oleh semua siswa, kemudian dilanjutkan pelajaran berikutnya dengan cara yang sama sampai pelajaran selesai.
Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari jilid untuk satu kelas. Sedangkan k lasikal-individual dan klasikal baca simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang hanya terdiri dari satu jilid saja. Untuk klasikal baca simak hanya berlaku pada jilid 3 sampai 6. 

4.Langkah-langkah penerapan metode qiraati:
    ح
ج
ث
ت
ب
ا
س
ز
ر
  ذ
د
خ
ف
غ
ع
  ظ
ط
ش
و
ن
   م
ل
ك
ق



ي
ء
ه



















PETUNJUK MENGAJAR JILID I
1.      Ajarkan QIROATI ini dengan bacaan langsung. ( jangan diuraikan alif fatha A,ba fatha BA, dst)
2.      Jangan sekali-kali dituntut membaca ,para guru cukup menjelaskan pokok pelajaran.(Atas sendiri dari tiap halaman )
3.      Sistem QIROATI ini adalah sistem murid membaca sendiri dari jilid satu sampai sepuluh ,bahkan sampai membaca Al qur’an para guru cukup mengawasi dan menjelaskan apa-apa yang kurang.
4.      Bila murid membaca masih banyak salah maka berulang-ulang.
5.      Jilid satu ini bertujuan pengenalan huruf.
6.      Kewaspadaan para guru waktu murid membaca sangat pengang peranan.(Amat penting!)


Perhatikan !
QIROATI jilid satu ini dapat diajarkan taman kanak-kanak.


 
بَ        اَ
                بَ      اَ      بَ     اَ      اَ 
بَ      اَ      بَ    بَ     اَ                                           ب      اَ      اَ     بَ      اَ 


 
a.       Ajarkan langsung huruf (A,BA,TA dan seterusnya ).
b.      Baca huruf demi huruf ,dengan suara pendek.(satu harokat)
c.       Jangan membaca terlalu cepat.




   
    تَ       بَ
      تَ     بَ     اَ     تَ       تَ
     تَ      اَ      بَ    تَ      بَ 
           تَ      بَ      تَ     بَ     اَ 

  1. Kenalkan huruf TA
  2. Sebelum murid membaca halaman empat (sebelum dikenalkan huruf TA) tanyakanlah beberapa huruf antara huruf A dan huruf Ba.
  3. Bila dalam pertanyaan tidak ada yang salah , murid suruh membacanya
  4. Dari jilid satu sampai sepuluh bahkan sampai membaca Al qur’an para guru tidak boleh menuntun.

 
   ثَ      تَ
              بَ    ثَ    تَ     ثَ      ثَ
            ثَ    تَ     اَ      ثَ      بَ 
       بَ     اَ    ثَ      اَ     تَ
a.       Mengajar halaman lima ini seperti mengajar halaman sebelumnya.
b.      Guru menanyakan huruf-huruf A,AB,TA,Tsa berulang-ulang.
c.       Kewaspadaan para guru amat penting
d.      Tidak boleh terlalu cepat !
e.       Bacalah sehuruf dengan suara pendek ( satu harokat )

                          جَ
            جَ     جَ     ثَ      جَ      جَ
          تَ     جَ     ثَ      جَ      بَ 
          جَ      تَ      اَ     ثَ       جَ


 
a.       Langsung kenalkanlah huruf Ja ( tidak di perlukan menanyakan huruf-huruf yang lain)
b.      Kesukaran mengajar tiap murid hanya terdapat dari halaman enam sampai jilid sepuluh insya Allah tidak menjumpai kesukaran mengajar.


 















PETUNJUK MENGAJAR JILID II
1.      Mengajar jilid dua ini seperti mengajar jilid satu ialah, menerangkan / menjelaskan pokok pelajaran (yang diberi garis bawah)
2.      Bacalah satu harokat (satu ketukan) huruf yang terjajar dua dan huruf yang berjajar tiga tidak dibenarkan membaca memanjang huruf yang pertama, kedua atau huruf yang ketiga(BATA) tidak boleh dibaca (BAATA).
3.      Jilid dua, tidak dan jilid empat apabila diajarkan di madrasah untuk kelas satu ibtidaiyah, masing-masing jilid satu kwartal

 

بَ  تَ     تَ  ث      ثَ  بَ
جَ  حَ       حَ  جَ       جَ   خَ
دَ   ذَ        رَ   زَ       ذَ    دَ
دَ  سَ     سَ   شَ      شَ    ذَ
            Pokok pelajaran halaman ini ialah membaca dua-dua huruf dengan suatu pendek keduanya. (BATA) jangan dibaca panjang huruf yang pertama (BAATA). Dan jangan dipanjankan huruf yang kedua (BATAA)








 

 لَ  عَ دَ        ذَ خَ اَ        سَ لَ جَ
بَ  قَ لَ       لَ كَ سَ     لَ مَ قَ
                      غَ لَ  بَ       قَ رَ عَ      عَ لَ بَ
                لَ قَ غَ       قَ لَ فَ      مَ قَ  لَ

            Pokok pelajaran halaman ini ialah , membaca tiga-tiga huruf dengan suara pendek ketiganya. ( JALASA ) bukan ( JAALASSA) dan bukan pula ( JALASAA)
                                                                                                    
تَ  = تَ  ≠ بَ  = بَ
بَبَ         بَتَ       بَثَ
تَتَ          تَبَ        تَثَ
 ثَثَ         ثَتَ         ثَبَ
بَاَ               بَاَ              ثَاَ
            Jelaskan! Yang penting diperhatikan titik-titik (bukan besar-kecilnya huruf)           

 






PETUNJUK MENGAJAR JILID III
  1. Mengajar jilid ini seperti mengajar jilid yang sebelumnya ialah , menerangkan/menjelaskan pokok pelajaran.( yang diberi garis bawah )
  2. Inti pelajaran jilid ke tiga ini menjelaskan FATHAH , KASROH, DZUNAH ,dan perobahan bentuk huruf A’IN.
  3. Di samping membaca langsung huruf hiduf juga harus dikenalakan nama-nama harokatnya.
  4. Jika qiroati ini diajarkan di Madrasah ibtidaiyah, jilid tiga , empat untuk kelas kwartal kedua dan ke tiga.




 
نَحَسَ              قَحَدَ            فَ ىَرَ
                          رَ بَدَ             طَحَنَ             بَحَثَ
  ىَبَثَ              فَتَحَ              جَمَحَ                     
  بَحَثَ           ثَ حَرَ            ظَلحَ



 
Pokok pelajaran halaman ini adalah probahan berbentuk huruf A’IN dimuka, ditengah   dibelakang halaman empat seperti mengajar halaman ini.











 
اَ  ــــ  اِ
       ثِ ثَ         مِ مَ          تِ تَ
                     حِ حَ         يِ يَ        جِ جَ
                           دِ   دَ       نِ  نَ          وِ وَ
      لِ  لَ       هِ  هَ          كَ كِ
       Bacalah langsung huruf hiduf !
       Coret di atas bersuara A.coret di bawah bersuara I.contoh di atas namanya FATHAH
       Dan coeret dibawah namanya KASROH.
 

كَ
بَ
دِ
بِ
دَ
كِ
مِ
لَ
مَ
لِ
نَ
خِ
وَ
خ
وِ
نِ
يَ
سِ
يِ
سَ
هِ
عِ
ذَ
عَ
ذِ
Bacalah sehuruf demi sehuruf , dengan bacaan yang tepat dan lancar ( jangan terlalu cepat       membaca )



رَ كَبَ
قَبِلَ 
        لَبِسَ
عَجِبَ
   سَحِدَ  
لَحِبَ
نَسِيَ
       مَرِ ضَ  
فَعَلَ
حَسِيَ
شَبِمَ
قَدِ مَ
حَ فَرِ
        حَبَ ذَ
بَ شَرِ
        جَحَ رَ
سَلِمَ
ىَمِلَ


                                                            اُ  #  اِ # اَ
تِ
تَ
بُ
بِ
بَ
نَ
ثُ
ثِ
ثَ
تُ
فُ
فِ
فَ
نُ
نِ
ءُ
ءَ
قُ
قِ
قَ

            Bacalah langsung huruf hidup !!!
 Coret di atas bersuara A , coret di bawah bersuara I dan bundel di atas bersuara U , ( nama harokatnya DZUMAH ).




PETUNJUK MENGAJAR
  1. Mengajarkan Qiroati jilid empat ini seperti mengajar jilid-jilid sebelumnya ialah menerangkan / menjelaskan pokok pelajaran.( yang dicetak tebal )
  2. Inti pelajaran jilid empat ini adalah Coret dua di atas bersuara AN namanya fatah tanwin , coret dua di bawah bersuara IN namanya kasroh tanwin dan bundel dua di atas bersuara UN namanya dzumah tanwin. Ditambah pelajaran permulaan MAD.
  3. Apabila diajarkan di madrasah , jilid empat ini untuk kelas satu kwartal terakhir.

    ح
ج
ث
ت
ب
ا
س
ز
ر
  ذ
د
خ
ف
غ
ع
  ظ
ط
ش
و
ن
   م
ل
ك
ق



ي
ء
ه

            Bacalah dengan suara tepat !!!
Alif bukan alip. SHOD bukan shot .QOF bukan qop . KAF bukan kap dll.

هُمَرُ
فَهُوَ
وُ لِدَ
نَصَرَ
قُبِلَ
حَمِدَ
          ىَٔ قُرِ
خُلُ رَ
         حِمَ زُ
كِرَ ذُ
نَ ذِ اُ
 خِلَ دُ 
    مَ هُزِ
 ضَحَ وَ
فَهِمَ 



  نٔا # بَ 

خٔا
جٔا
ثٔا
تٔا
بٔا
زٔا
رٔا
ذٔا
دٔا
حٔا
طٔا
ضٔا
      صٔا 
شٔا
سٔا 
قٔا
فٔا
هٔا
هٔا
  ظٔا
            Inti pelajaran halaman ini ialah Coret dua di atas bersuara AN dan namanya fatah tanwin .
            Di halaman berikutnya guru supaya sering menanyakan nama harokat dan bacalah sehuruf demi sehuruf ! jangan dibaca terlalu cepat.
                             تٕ # تِ 
تٕ
حٕ
ثٕ
جٕ
بٕ
      يٕ
ر
خٕ
وٕ
نٕ
      غٕ
ظٕ
صٕ
طٕ
عٕ
شٕ
ذٕ
لٕ
دٕ
سٕ
            Inti pelajaranya halaman ini ialah Coret dua di bawah bersuara IN bukan EN dan namanya kasroh tanwin.







PETUNJUK MENGAJAR
  1. Mengajar Qiroati jilid lima seperti mengajar jilid jilid sebelumnya ialah Menetangkan atau menjelaskan pokok pelajaran yang diberi garis bawah.
  2. Inti pelajaran jilidlima ialah tentang MAD (panjang). Jelasnya panjang yang bersuara A, panjang yang bersuara i dan panjang bersuara U
  3. Membaca al-qura’an akan baik bacaan madnya, kalau pelajaran jilid lima ini dapat diajarkan dengan sempurna.
  4. Jilid lima inikalau diajarkan di madrasah ibtidaiyah, untuk kelas dua kwartal terakhir.

   تَمٕ جَا
   فَلٕ قَا
   جِدٔا سَا
       سِقُ فَا
       لِمُ سَا
         لِحٔا صَا
    كِمٔا رَا
        مِدُ حَا
    بِدٕ كِا
     ثَ دَ حَا
       ثَا حَدَ
    ثَ حَدَ
       بَ رُ قَا
     بَا قَرُ
    بَ قَرُ
      خِلَ بَا
بَخِلَا
   بَجِلَ

2.     Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif. Cukup katakan : Perhatikan ini ! بَ Bunyinya = BA Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”, contohnya seperti :
 م – مَ / ه – ه Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam
. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja !

3.      Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tidak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu senduiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.

4.       Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula. Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.

5.       Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada. Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

6.       Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mengajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau tidaknya guru mendengar anak baca salah.

7.       Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya. Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.

5. Strategi mengajar secara umum (global)
v  Individual atau privat
Santri bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan kemampuannya
v  Klasikal-individual
sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan pokokpokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman.
           
 Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
Ø  Guru harus menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
Ø  Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian, bacaan sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
Ø  Usahakan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
Ø  Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada.
Ø  .Perhatian guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya
Ø  .Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
Ø  .Motivasi berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
Ø  .Guru senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas.
Ø  .Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
Ø  Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
Ø  Pra Taman Kanak-kanak : 10 anak
ü  b. Jilid : 15 anak
ü  c. Jilid II – Al-Qur’an : 20 anak Masing-masing dengan seorang guru.
Ø  Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat -alat
Ø  peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa, Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan lain-lain











BAB III
PENUTUP
            KESIMPULAN
            Tujuan Mempelajari QIROATI ini sangat penting bagi anak umur lima atau enem tahun dan orang dewasapun  karena QIROATI ini mengajarkan anak untuk bisa membaca Al Quran dan mengetahui bacaan tajwid yang benar .

            SARAN
          Mudah-mudahan  makalah  ini  dapat  bermanfaat  bagi  pembaca  umumnya,  dan  bagi  penulis khususnya.
Makalah  in i masih  jauh  dari  sempurna  oleh  karena  itu , Saran  dan  kritik  yang membangun  sangat  diharapkan.

















Daftar fustaka
  1. Ali.nawawi.2002.pedoman membaca Al-Qura’an (ilmu tajwid) .Jakarta Pusat
  2. Saliim.Dachlan Z , 1977.,Metode Praktis Belajar Al-qur’an.Semarang
  3. www.widiyareski.blogspot.com14 Des 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar