TUGAS INDIVIDU
TERSTRUKTUR
BAHASA ARAB
Diajukan untuk
Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu :
Isro, M.Ag.

Disusun Oleh :
Nama : Mentari Nur Hanifah
NIM : 40213161
Prodi
/ Sem. : PGSD 4/ 1
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
ISLAM BUMIAYU
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Untuk
dapat membaca Al Qur’an dengan lancar banyak metode yang diciptakan salah
satunya Metode Qiroati Semarang.Umat muslim terbagi menjadi beberapa generasi
,dan generasi anak-anak hingga dewasa .Untuk mengajarkan bacaan Al Qura’an
diperlukaan metode yang sesuai,sesuai
dengan kemampuan ,sesuai dengan usia agar mudah di pahami.
Metode-metode
yang di perlukan saat ini adalah metode yang sesuai dengan usia , misalnya
untuk anak-anak di perlukan pembelajaran level dasar ,atau mengenal huruf
hijaiyah ,pada tahap awal mempelajari
membaca Al Quran .untuk tingkatan ke dua levelnya ajarkan lebih tinggi dari level dasar .Tentunya melanjutkan ke
level bentuknya harus sudah menguasai level sebelumnya atau level dasar dan
seterusnya hingga level yang paling tinggi setelah menguasaai level sebelumnya.
Untuk
itulah mempelajari metode Qiroati semarang adalah Metode yang sesuai untuk itu
makalah ini akan membahas sejarah dan asal usul qiraati Metode dan cara
pembelajaraannya.
B.Rumusan
Masalah
1.apakah yang di maksud Qiraat
dasar hukum dan tujuan imamnya?
2.pencipta dan penemu
metode qiroati dan timbulnya qiroati ?
3.Macam cara / Metode
pembelajaran qiroati semarang?
4.langkah-langkah
penerapan metode qiroati semarang?
5.seterategi mengajar
secara umum dan khusus?
C.Tujuan
1.mengetahui qiraat
hukum dan imamnya.
2.Mengetahui sejarah
qiroati semarang.
3.mengetahui cara
mempelajari qiroati semarang.
4.mengetahui
langkah-langkah penerapan metode qiroati semarang.
5.mengetahu setrategi
mengajar umum dan khusus.
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.Definisi Qiraat
Qiraat adalah kata masdar dari qaraa yang berarti bacaan. Jadi yang dimaksud
ilmu qraat adalah ilmu yang mempelajari tentang bacaan al-Qura’an. Dan yang dimaksud
dengan bacaan dalam ilmu ini terutama menyangkut bentuk-bentuk pengucapan.
Sebagaimana telah disinggung bahwa atas
kemurahan dari Allah SWT, al-Qura’an boleh dibaca dengan berbagai bentuk agar
semudah qabilah Arab saat itu dapat membaca ayat-ayat al-Qura’an dengan mudah.
Untuk mengetahui ilmu qiraat ini dengan
baik dan sempurna tentu harus dipelajari secra tersendiri karna ia telah
menjadi salah satu cabang dari ilmu al-Qura’an. Tetapi oleh karna qiraat erat
sekali hububungannya dengan ilmu tajwid bahkan merupkan bagian yang tak
terlepaskan maka sebagai sarana untuk mempermudah disini akan disinggung
seccara garis besarnya saja.
1.
Dasar Hukum
Qiraat
Hadis-hadis
Rasulullah SAW yang dapat dijadikan landasan hukum tentang qiraat ini cukup banyak .Salah satu diantaranya
adalah kejadian yang dialami oleh sahabat umar Umar bin Khattab yang
diceritakanya sendiri dan para periawayat hadis sebagai berikutnya :
“Berkatalah
Imam Bukhari ;Urwah bin Zubair telah
menceritakan kepadaku bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin Abdul
Qari telah bercerita kepadanya
bahwa mereka pernah mendengar Umar
berkata ; pada suatu hari di masa hidup RasulullahSAW aku mendengar Hisyam bin
Hakim membaca surat al-Furqan dan aku perhatikan bacaan-nya . ternyata dia
membaca dengan huruf yang banyak ,belum pernah Rosul membacanya kepadaku.
Hampir saja aku menerkamnya dalam keadaan sembayang itu tapi aku bersabar
hingga aku salam. Kemudian kupegang leher bajunya serta bertanya darimana ia
memperoleh bacaan seperti itu. Hisam menjawab bahwa Rasul yang membacakanya
lepadaku tidak seperti itu . Kemudian kuajak ia menghadap Rasul dan
kuceritakaan kejadian itu.Rasul kemudian meminta agar Hisyam mengulanggi
bacaannya dan setelah selesai , Rasal mengatakan demikianlah Al Qur’an
diturunkan . Rasulpun memnta aku membaca dan setelah selesai Rasulpun
mengatakan begitulah ia diturunkan . Kemudian Rasulpun berkata sesungguhnya al
Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf maka bacalah mana yang mudah .
“sesungguhnya Rasullulah SAW telah
berkara ; jibril telah membaca al Qur’an kepadaku dengan satu huruf , aku
mengulanginya dan senantiasa aku minta tambah dan ia memperkenalkan hingga
sampai pada tujuan huruf”
“ ibnu jabir berkata telah
disampaikan kepadaku oleh Abu Kuraib dari muhammad bin Fudail dari Ismail bin
Abi Khalid dari Abdullah bin Isa bin Abd. Rahman bin Abi Laila dari
bapanya dari kakenya dari Ubai bin Ka’ab
berkata Rasullulah SAW ; Allah SWT memerintahkan aku untuk membaca al Quran dengan
satu huruf . Aku meminta keringanan lagi dan akhirnya Allah SWT memerintahkan
agar al-Qur’an di baca dengan tujh huruf sesuai dengan tujuan pintu surga.
Semuanya mudah dan cukup sempurna”.
Dengan
adanya nas-nas dari hadist Rasulullah SAW ulama sepekan bahwa al-Qur’an boleh
dibaca dengan beberapa bentuk .Bahwa ada hadis dengan jelas menuju tujuh huruf.
2.
Pengertian tujuh
huruf
Adapun
apa yang dimaksud dengan tujuh huruf sebagai mana ditunjuk oleh hadis, para
ulama tidak menemukan kata sepakat .Adapun yang mengatakan tujuh bahasa ada
pula yang berpendapat maksudnya adalah tujuh bentuk perbedaan dan sebagaainya.
Imam Suyuti menyatakan perbedaan pendapat tentang maksud tujuh huruf itu tidak
kurang mencapai 40 pendapat . Untu mengetahui masing-masing pendapat itu dapat dilihat dalam ilmu qiraat.
Terlepas dari perbedaan pengertian tersebut yang jelas dengan adanya
kelonggaraan bacaan semua suku dan lidah bangsa Arab dapat membaca al-Qura’an
dengan baik.
3
Tingkatan Qiraat
Demi
untuk memelihara kemurnian dan keaslian al-Qur’an maka setiap yang dikatakan
al-Qur’an riwayatnya harus diuji melalui rangkaian sanadnya. Para ahli qiraat
telah melakukan penelitian yang mendalam yang menghasilkan tingkat qiraat
sebagai berikur :
- Mutawaatir
Qiraat
yang mutawaatir adalah setiap bacaan
yang di sampaikan oleh sekelompok perawi yang jumblahnya tidak memungkinkan
mereka untuk sepakat berbohong sejak
angkatan pertama hingga Rasulullah SAW . Qiraat dengan nilai mutawaatir ini
disepakati sebagai bacaan yang sah dan resmi bagi al-Qur’an .
- Masyhur
Qiraat
yang berstatus masyhur adalah yang sah sanadnya, tidak bertentangan dengan kaedah
tata bahasa maupun khat Usmani , ia populer dikalangan ahli qiraat hanya
saja nilainya dibawah yang mutawaatir karena perawinya tidak sebanyak dalam
ingkat mutawaatir.
- Ahaad
Qiraat
ahaad adalah setiap bacaan yang sah sanadnya tapi banyak menyalahi tata bahasa
Khat Usmani .Qiraat ini tidak populer ,hanya orang-orang yang telah bener-benar
mendalami lmu qiraat yang dapat
mengetahuinya.
- Syaadz
Qiraat
syaz setiap yang tidak sah sanadnya dan menyalahi tata bahasa atau Khat Usman
.Qiraat ini sangat jarang yang menguasainya dan setatusnya hanya sebagai ilmu
pengetahuan tidak sebagai pegangan
- Maudhuu’
Maudhuu’
artinya palsu, maksudnya setiap bacaan yang jelas merupakan kata tambahan dari
Khat Usmanni .Tambahan tersebut biasanya merupakan penjelasaan makana atau
tafsir dari kata sebelumnya.Sepakat ahli qiraat bahwa bacaan tersebut bukan
al-Qura’an .
4.Qiraat Tujuan dan Imamnya
Pada
permulaan abad ketiga hijriyah ulama qiraat mulai mengumpulkan dan meneliti
bacaan al-Qura’an .Setelah melalui proses tersebut terdapatlah tujuh bacaan
yang memenuhi syarat mutawaatir .Dengan demikian tujuh bacaan ini disepakati
sebagai bacaan yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ketujuh
bacaan itu dipopulerkan oleh tujuh orang imam (ahli qiraat ) ditempatnya
masing-masing. Untuk mempermudah ingataan sekaligus sebagai penghormataan
kepada mereka yang telah bersusah payah menggali bacaan tersebut nama mereka
diabaikan pada qiraat yang diriwayatkannya seperti qiraat Ibnu Amir,
qiraat’Ashim dan sebagainya.
Perlu
dicatat bahwa qiraat tujuan sebagai penetahuan dari tujuh huruf sebagaimana
yang tercantum dalam hadis. Tujuan hurupf di dalam bunyi hadis maksudnya cara
membaca al-Qura’an sedangkan tujuan qiraat adalah bacaan yang memiliki nilai
mutawaatir .Hanya suatu kebetulan keduanya bersama dalam angka tujuh.
Tujuan
orang Imam Qiraat yang namanya diabaikan dalam sistem bacaannya adalah sebagai
berikut :
Ø Abdullah
bin Amir yang terkenal dengan penggilan ibnu
Amir , wakaf di Damascus pada tahun 118 H . Dua orang muridnya yang
masyhur adalah Ibnu Zakwan dan Hisyam.
Ø Abdullah
bin Katsir yang populer dengan sebutan Ibnu Katsir, wafat di kota Makkah pada
tahun 120 H Dua orang rawinya yang terkenal adalah Qumbul dan al-Bazz.
Ø ‘Ashim
bin Abi Nujuud , wafat di kota Kufah tahun 127 H.Dua orang rawinya
masing-masing Syu’ban atau Abu Bakar dan Hafs bin Sulaiman. Qiraat imam Hafs
inilah yang paling banyak dipakai
terutama di Indonesia.
Ø Abu
Amr bin ‘Alla’, wafat di kota Kufah tahun 154 H Dua orang yang jadi rawinya
yang mengembangkan bacaan adalah
ad-Duuri dan as-Suusi.
Ø Hamzah
bin Hubaib , wafat di Halwan tahun 156 H. Dua orang yang jadi rawinya adalah
Khallaf bin Hisyam dan Khallad bin Khallid.
Ø Nafi
‘ bin Abd. Rahman bin Abi Nu’aim al-Laytsi . Lahir di Isfahan dan wafat di kota
Madinah dan perwarinya yang terkenal adalah Qaaluun dan Warsy.
Ø Ali
bin Hamzah al-Kisai ., wafat di satu tempat dekat Khurasan pada tahun 189 H.
Dua orang yang menjadi periwayat
bacaannya adalah adalah Hafs bin Umar (ad-Duri)dan al-Laytsi bin Khalid dikenal
dikenal juga dengan panggilan Abu I-Hars.
2. Pencipta dan penemu metode qiroati
Metode ini disusun oleh H. Ahmad
Dahlan Salim Zarkasyi, semarang. Terbitan pertama pada tanggal 1 Juli 1986
sebanyak 8 jilid. Setelah dilakukan revisi dan ditambah materi yang cocok.
Dalam praktek pengajaran, materi qiroati ini dibeda-bedakan, khusus untuk
anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun) dan untuk remaja dan orang dewasa.
Metode qiraati adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang langsung memasukkan
dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam
pengajarannya metode qiroati, guru tidak perlu memberi tuntunan membaca, namun
langsung saja dengan bacaan pendek. Adapun tujuan pembelajaran qira’ati ini adalah
sebagai berikut:
1. Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi
bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2. Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.
3. Memberi peringatan kembali kepada guru ngaji
agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.

Ø Dapat
membaca Al-Qur’an dengan tarti meliputi: Makhroj dan sifat huruf sebaik
mungkin.
Ø Mampu
membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid.
Ø Mengenal bacaan
ghorib dalam praktek.
Ø Mengerti
sholat, dalam arti bacaan dalam praktek sholat.
Ø Hafal
beberapa hadist dan surat pendek.
Ø Hafal
beberapa do’a.
Ø Dapat
menulis huruf Arab.
Timbulnya Qiro’ati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak
Al-Qur’an (TKQ), pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem
“pengajian anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode
pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang
dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’
dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”.
Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam
bidang Al-Qur’an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak
mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis
dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat
dan praktis. Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan
atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anakanak dalam
belajar membaca Al-Qur’an. Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami
kegagalan, karena tidak ada bukti keberhasilanya. Di samping itu juga ada suatu pandangan atau
kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai
turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya dipandang sebelah mata.
Pada pertengahan tahun 1986 umat
Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang
baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis
oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman
Kanak-kanak umum, maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman
Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ). Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust.
H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang
telah dirintis dan diuji coba sejak tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya
dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan,
dimana anak-anak hanya mengahfal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy
mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat
berkesempatan mengambil barang diluar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau selalu menyempatkan diri
untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak 20 yang ada di mushalla,
langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang
dialami beliau. Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan
kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif
dan efisien. Akhirnya berkat hinayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust.
H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca
Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz,
yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode
Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati
ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa
dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan
bacaan yag bertajwid secara praktis bukan teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang
ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk
menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi,
mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai
dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya. Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim
Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan
Ponpes Al-Qur’an Anak-anak “Mambaul Hisan” di Sedayu Gresik, yang
berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin
melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya,
dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan
tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an mereka kurang tartil. Dari hasil
kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita
mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari gresik, selama sebulan
tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun kembali buku
Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10 jilid.
Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada
tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian
atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, TKQ
tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal berdirinya
merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca
Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat
pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang.
Setelah berjalan kurag lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak.Proses
belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai
17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun
hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 22 juli 1988 telah
menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan
tajwid dan ghorib. Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang
sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga
pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri
pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai
Darussalam dan Thailand.
3.Metode pembelajaran
qiraati
Adapun prinsip pembelajarannya di
bagi dua yaitu yang dipegang oleh guru dan yang dipegang oleh santri.
Prinsip yang dipengang guru adalah Ti-Wa-Gas (teliti, waspada, dan Tegas).
Teliti adalah dalam menyampaikan semua materi pelajara Waspada adalah terhadap bacaan santri yakni,
bisa mengkoodinasikan antara mata,
telinga, lisan dan hati.Tegas adalah disiplin dan bijaksana terhadap
kemampuan santri.
Sedangkan yang dipegang santri
adalah menggunakan sistem cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lancar, cepat,
tepat, dan benar (LCTB) ( Nur Shodiq Achrom, 1996:18)
· CBSA+M :
Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan
memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tentang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan
ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, monivator dan evaluator saja.
·
Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu
dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara
individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak
hanya siswanya tetapi juga gurunya.
· LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
Lancar artinya bacaannya tidak ada yang
mengulangulang.
Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus
atau mengeja.
Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan an
dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya.
v Benar
artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
Dalam metode ini dikenal beberapa bentuk dalam
pelaksanaannya, yaitu:
1.Sorogan, individual atau privat. Dalam bentuk ini
santri bergiliran satu persatu untuk mendapatkan pelajaran membaca dari ustadz.
(berdasarkan kemampuan siswa yang ada yang 2,3 atau 4 halaman).
2.Klasikal- individual Sebagian waktu dipergunakan
untuk menerangkan pokok pelajaran, sekedar satu atau dua halaman dan
seterusnya. Sedangkan membacanya sangat ditekankan, kemudian di nilai
prestasinya pada lembar data.
3.Klasikal baca simak.Dalam bentuk ini guru
menerangkan bentuk pelajaran (klasikal) kemudian siswa di tes satu persatu dan
di simak oleh semua siswa, kemudian dilanjutkan pelajaran berikutnya dengan
cara yang sama sampai pelajaran selesai.
Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri
dari jilid untuk satu kelas. Sedangkan k lasikal-individual dan klasikal baca
simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang hanya terdiri dari satu jilid
saja. Untuk klasikal baca simak hanya berlaku pada jilid 3 sampai 6.
4.Langkah-langkah
penerapan metode qiraati:
ح
|
ج
|
ث
|
ت
|
ب
|
ا
|
س
|
ز
|
ر
|
ذ
|
د
|
خ
|
ف
|
غ
|
ع
|
ظ
|
ط
|
ش
|
و
|
ن
|
م
|
ل
|
ك
|
ق
|
|
|
|
ي
|
ء
|
ه
|
PETUNJUK MENGAJAR JILID I
1. Ajarkan
QIROATI ini dengan bacaan langsung. ( jangan diuraikan alif fatha A,ba fatha
BA, dst)
2. Jangan
sekali-kali dituntut membaca ,para guru cukup menjelaskan pokok pelajaran.(Atas
sendiri dari tiap halaman )
3. Sistem
QIROATI ini adalah sistem murid membaca sendiri dari jilid satu sampai sepuluh
,bahkan sampai membaca Al qur’an para guru cukup mengawasi dan menjelaskan
apa-apa yang kurang.
4. Bila murid
membaca masih banyak salah maka berulang-ulang.
5. Jilid satu
ini bertujuan pengenalan huruf.
6. Kewaspadaan
para guru waktu murid membaca sangat pengang peranan.(Amat penting!)
Perhatikan !
QIROATI jilid satu ini dapat diajarkan taman
kanak-kanak.
![]() |
بَ

اَ



بَ
اَ بَ اَ
اَ
بَ اَ بَ بَ اَ ب اَ اَ بَ اَ
![]() |
a.
Ajarkan langsung huruf (A,BA,TA dan
seterusnya ).
b.
Baca huruf demi huruf ,dengan suara
pendek.(satu harokat)
c.
Jangan membaca terlalu cepat.






تَ بَ اَ
تَ تَ
تَ اَ
بَ تَ
بَ

- Kenalkan huruf TA
- Sebelum murid membaca halaman empat (sebelum dikenalkan huruf TA) tanyakanlah beberapa huruf antara huruf A dan huruf Ba.
- Bila dalam pertanyaan tidak ada yang salah , murid suruh membacanya
Dari jilid satu sampai sepuluh bahkan sampai membaca Al qur’an para guru tidak boleh menuntun.



ثَ تَ





بَ ثَ تَ ثَ ثَ
ثَ تَ اَ ثَ
بَ



a.
Mengajar halaman
lima ini seperti mengajar halaman sebelumnya.
b.
Guru menanyakan
huruf-huruf A,AB,TA,Tsa berulang-ulang.
c.
Kewaspadaan para
guru amat penting
d.
Tidak boleh
terlalu cepat !
e.
Bacalah sehuruf dengan
suara pendek ( satu harokat )







جَ جَ
ثَ جَ جَ
تَ جَ ثَ جَ
بَ
جَ تَ اَ ثَ جَ
![]() |
a.
Langsung
kenalkanlah huruf Ja ( tidak di perlukan menanyakan huruf-huruf yang lain)
b.
Kesukaran
mengajar tiap murid hanya terdapat dari halaman enam sampai jilid sepuluh insya
Allah tidak menjumpai kesukaran mengajar.
![]() |
PETUNJUK
MENGAJAR JILID II
1.
Mengajar jilid
dua ini seperti mengajar jilid satu ialah, menerangkan / menjelaskan pokok
pelajaran (yang diberi garis bawah)
2.
Bacalah satu
harokat (satu ketukan) huruf yang terjajar dua dan huruf yang berjajar tiga
tidak dibenarkan membaca memanjang huruf yang pertama, kedua atau huruf yang
ketiga(BATA) tidak boleh dibaca (BAATA).
3.
Jilid dua, tidak
dan jilid empat apabila diajarkan di madrasah untuk kelas satu ibtidaiyah, masing-masing
jilid satu kwartal

بَ تَ تَ ث ثَ بَ
جَ حَ حَ جَ جَ خَ
دَ ذَ رَ زَ ذَ دَ




لَ عَ دَ ذَ خَ
اَ سَ لَ
جَ
بَ
قَ لَ لَ كَ
سَ لَ مَ قَ
غَ لَ بَ قَ
رَ عَ عَ لَ بَ
لَ
قَ غَ قَ لَ فَ مَ قَ
لَ
Pokok
pelajaran halaman ini ialah , membaca tiga-tiga huruf dengan suara pendek
ketiganya. ( JALASA ) bukan ( JAALASSA) dan bukan pula ( JALASAA)




بَبَ بَتَ بَثَ
تَتَ تَبَ تَثَ
ثَثَ
ثَتَ ثَبَ



Jelaskan!
Yang penting diperhatikan titik-titik (bukan besar-kecilnya huruf)

PETUNJUK MENGAJAR JILID III
- Mengajar jilid ini seperti mengajar jilid yang sebelumnya ialah , menerangkan/menjelaskan pokok pelajaran.( yang diberi garis bawah )
- Inti pelajaran jilid ke tiga ini menjelaskan FATHAH , KASROH, DZUNAH ,dan perobahan bentuk huruf A’IN.
- Di samping membaca langsung huruf hiduf juga harus dikenalakan nama-nama harokatnya.
- Jika qiroati ini diajarkan di Madrasah ibtidaiyah, jilid tiga , empat untuk kelas kwartal kedua dan ke tiga.
![]() |
نَحَسَ قَحَدَ فَ ىَرَ
رَ بَدَ طَحَنَ بَحَثَ
ىَبَثَ فَتَحَ جَمَحَ
بَحَثَ ثَ حَرَ ظَلحَ
![]() |





ثِ ثَ مِ مَ تِ تَ
حِ حَ
يِ يَ جِ جَ
دِ دَ
نِ نَ وِ وَ


Coret di
atas bersuara A.coret di bawah bersuara I.contoh di atas namanya FATHAH
Dan
coeret dibawah namanya KASROH.

كَ
|
بَ
|
دِ
|
بِ
|
دَ
|
كِ
|
مِ
|
لَ
|
مَ
|
لِ
|
نَ
|
خِ
|
وَ
|
خ
|
وِ
|
نِ
|
يَ
|
سِ
|
يِ
|
سَ
|
هِ
|
عِ
|
ذَ
|
عَ
|
ذِ
|
Bacalah sehuruf demi sehuruf , dengan bacaan yang
tepat dan lancar ( jangan terlalu cepat membaca )
رَ كَبَ
|
قَبِلَ
|
لَبِسَ
|
عَجِبَ
|
سَحِدَ
|
لَحِبَ
|
نَسِيَ
|
مَرِ ضَ
|
فَعَلَ
|
حَسِيَ
|
شَبِمَ
|
قَدِ مَ
|
حَ فَرِ
|
حَبَ ذَ
|
بَ شَرِ
|
جَحَ
رَ
|
سَلِمَ
|
ىَمِلَ
|

تِ
|
تَ
|
بُ
|
بِ
|
بَ
|
نَ
|
ثُ
|
ثِ
|
ثَ
|
تُ
|
فُ
|
فِ
|
فَ
|
نُ
|
نِ
|
ءُ
|
ءَ
|
قُ
|
قِ
|
قَ
|
Bacalah
langsung huruf hidup !!!
Coret di atas
bersuara A , coret di bawah bersuara I dan bundel di atas bersuara U , ( nama
harokatnya DZUMAH ).
PETUNJUK MENGAJAR
- Mengajarkan Qiroati jilid empat ini seperti mengajar jilid-jilid sebelumnya ialah menerangkan / menjelaskan pokok pelajaran.( yang dicetak tebal )
- Inti pelajaran jilid empat ini adalah Coret dua di atas bersuara AN namanya fatah tanwin , coret dua di bawah bersuara IN namanya kasroh tanwin dan bundel dua di atas bersuara UN namanya dzumah tanwin. Ditambah pelajaran permulaan MAD.
- Apabila diajarkan di madrasah , jilid empat ini untuk kelas satu kwartal terakhir.
ح
|
ج
|
ث
|
ت
|
ب
|
ا
|
س
|
ز
|
ر
|
ذ
|
د
|
خ
|
ف
|
غ
|
ع
|
ظ
|
ط
|
ش
|
و
|
ن
|
م
|
ل
|
ك
|
ق
|
|
|
|
ي
|
ء
|
ه
|
Bacalah
dengan suara tepat !!!
Alif bukan alip. SHOD bukan shot .QOF bukan qop . KAF
bukan kap dll.
هُمَرُ
|
فَهُوَ
|
وُ لِدَ
|
نَصَرَ
|
قُبِلَ
|
حَمِدَ
|
ىَٔ قُرِ
|
خُلُ رَ
|
حِمَ زُ
|
كِرَ ذُ
|
نَ ذِ اُ
|
خِلَ دُ
|
مَ هُزِ
|
ضَحَ وَ
|
فَهِمَ
|

خٔا
|
جٔا
|
ثٔا
|
تٔا
|
بٔا
|
زٔا
|
رٔا
|
ذٔا
|
دٔا
|
حٔا
|
طٔا
|
ضٔا
|
صٔا
|
شٔا
|
سٔا
|
قٔا
|
فٔا
|
هٔا
|
هٔا
|
ظٔا
|
Inti
pelajaran halaman ini ialah Coret dua di atas bersuara AN dan namanya fatah
tanwin .
Di
halaman berikutnya guru supaya sering menanyakan nama harokat dan bacalah
sehuruf demi sehuruf ! jangan dibaca terlalu cepat.
تٕ
# تِ
تٕ
|
حٕ
|
ثٕ
|
جٕ
|
بٕ
|
يٕ
|
ر
|
خٕ
|
وٕ
|
نٕ
|
غٕ
|
ظٕ
|
صٕ
|
طٕ
|
عٕ
|
شٕ
|
ذٕ
|
لٕ
|
دٕ
|
سٕ
|
Inti
pelajaranya halaman ini ialah Coret dua di bawah bersuara IN bukan EN dan
namanya kasroh tanwin.
PETUNJUK MENGAJAR
- Mengajar Qiroati jilid lima seperti mengajar jilid jilid sebelumnya ialah Menetangkan atau menjelaskan pokok pelajaran yang diberi garis bawah.
- Inti pelajaran jilidlima ialah tentang MAD (panjang). Jelasnya panjang yang bersuara A, panjang yang bersuara i dan panjang bersuara U
- Membaca al-qura’an akan baik bacaan madnya, kalau pelajaran jilid lima ini dapat diajarkan dengan sempurna.
- Jilid lima inikalau diajarkan di madrasah ibtidaiyah, untuk kelas dua kwartal terakhir.
تَمٕ جَا
|
فَلٕ قَا
|
جِدٔا سَا
|
سِقُ فَا
|
لِمُ سَا
|
لِحٔا
صَا
|
كِمٔا رَا
|
مِدُ حَا
|
بِدٕ كِا
|
ثَ دَ حَا
|
ثَا حَدَ
|
ثَ حَدَ
|
بَ رُ
قَا
|
بَا قَرُ
|
بَ قَرُ
|
خِلَ بَا
|
بَخِلَا
|
بَجِلَ
|
2.
Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan
sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan
menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif. Cukup katakan : Perhatikan
ini ! بَ Bunyinya =
BA Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA.
Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan,
ditengah atau dibelakang”, contohnya seperti :
م – مَ / ه – ه Cukup
katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam
. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah
bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan,
oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan
yang tidak. Sederhana saja !
3.
Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah
Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tidak boleh terburu-buru, ajarkan
sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa
dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap
anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab
pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung
dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak
mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang
disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu
senduiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan
kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya.
Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali
santri, oleh karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan
cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni
mengajar itu.
4.
Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh
menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara
yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam
kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH.
Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya
buku Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik
jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula. Kenaikan kelas sebaikya
diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran
Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu
dengan sendirinya.
5. Tidak
Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca
berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca
sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak
faham terhadap pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika
mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti
baris tulisan yang ada. Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan
menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada
awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif).
6. Waspada
Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa
dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak
membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan
dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah.
Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus
waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai
bacaan berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah
itu. Keberhasilan guru mengajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka
atau tidaknya guru mendengar anak baca salah.
7.
Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun
yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu
Tajwid, dan Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah,
insyaallah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan
sendirinya. Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an
dikenal beberapa macam strategi.
5. Strategi
mengajar secara umum (global)
v Individual
atau privat
Santri bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua
halaman sesuai dengan kemampuannya
v Klasikal-individual
sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan
pokokpokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman.
Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat
berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu
diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
Ø Guru harus
menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai
semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
Ø Pelaksanaan
pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian,
bacaan sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
Ø Usahakan
setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
Ø Wawasan dan
kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang
ada.
Ø .Perhatian
guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya
Ø .Penghayatan
terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan
bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak
mau membaca maka guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
Ø .Motivasi
berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak
jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu
dipuji dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi
dengan baik.
Ø .Guru
senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ.
Jangan cepat merasa puas.
Ø .Jaga mutu
pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
Ø Idealnya
untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
Ø Pra Taman
Kanak-kanak : 10 anak
ü b. Jilid :
15 anak
ü c. Jilid II
– Al-Qur’an : 20 anak Masing-masing dengan seorang guru.
Ø Agar lebih
mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat -alat
Ø peraga dan
administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa,
Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan
lain-lain
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tujuan Mempelajari QIROATI ini sangat penting bagi anak
umur lima atau enem tahun dan orang dewasapun
karena QIROATI ini mengajarkan anak untuk bisa membaca Al Quran dan
mengetahui bacaan tajwid yang benar .
SARAN
Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis
khususnya.
Makalah in i masih jauh dari sempurna oleh karena itu , Saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan.
Daftar fustaka
- Ali.nawawi.2002.pedoman membaca Al-Qura’an (ilmu tajwid) .Jakarta Pusat
- Saliim.Dachlan Z , 1977.,Metode Praktis Belajar Al-qur’an.Semarang
- www.widiyareski.blogspot.com14 Des 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar